Ketika menciptakan sesuatu, Tuhan Yang Maha Esa tentu memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Meski terkadang sulit dijelaskan oleh akal, pikiran, serta nalar manusia.
Salah satunya, ketika Tuhan membuat bumi. Khususnya wilayah Republik Indonesia menjadi sedemikian rupa. Pasti ada maksud dan tujuan mengapa Tuhan menciptakan bentuknya seperti ini.
Menurut Ustaz Mayor Laut (KH) Jayadi, ternyata gambaran ibu pertiwi ada dalam kitab suci Alquran, lho gengs. Nggak percaya? Yuk simak ulasan di bawah ini.
Sebagaimana diketahui, bumi terdiri dari luas lautan atau perairan mencapai 70 persen. Sedangkan sisanya, 30 persen merupakan daratan.
Makanya nggak heran kalau citra bumi di ambil dari perspektif satelit maka jadinya bakal cenderung berwarna air yakni biru.
Karena seluruh wilayahnya digenangi air laut yang bewarna biru, maka bumi disebut juga sebagai planet biru.
Khusus di bumi pertiwi sendiri, Indonesia diketahui mempunyai lebih dari tujuh belas ribu pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke.
Bahkan, menurut Data Asian Development Tahun 2009 menunjukkan bahwa wilayah pesisir Indonesia merupakan rumah untuk ribuan spesies yang berada di dalam laut dan jadi wilayah dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Senada dengan hal itu, Pendakwah yang juga anggota TNI, Ustaz Mayor Laut (KH) Jayadi menjelaskan bahwa Indonesia yang terdiri dari 70 persen lautan dan 30 persen daratan itu, mirip dengan komposisi bumi secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, dia menilai dari 6.236 total ayat dalam Alquran, setidaknya ada 45 ayat membicarakan tentang lautan dan daratan. Kemudian 32 ayat lainnya bicara tentang lautan dan 13 ayat tentang daratan.
Maka jika dipersentasekan akan membentuk angka komposisi 70 persen membicarakan lautan dan 30 persen membahas daratan.
"Jika dipersenkan 70 persen membicarakan lautan dan 30 persen membicarakan daratan," katanya dilansir dari Okezone, Rabu(14/7/2021).
Seperti halnya yang terdapat dalam Alquran, Allah Swt., berfirman bahwa:
"Wa huwallazi sakhkharal-bahra lita`kul min-hu lahman tariyyaw wa tastakhriju min-hu hilyatan talbasunaha, wa taral-fulka mawakhira fihi wa litabtagu min fadlihi wa la’allakum tasykurun.