Mari Mengulik Nielsen, Perusahaan Penghitung Rating Televisi

Mari Mengulik Nielsen, Perusahaan Penghitung Rating Televisi

Pernahkah kamu mendengar istilah sinetron A ratingnya bagus nih, makannya tayang terus atau jam tayangnya ditambah? Nah, industri televisi publik Indonesia ternyata mengacu pada data rating yang dikeluarkan oleh Nielsen. Perusahaan multinasional itu mengukur rating dengan memasang alat khusus bernama people meter pada setiap televisi di 2.273 rumah tangga. Panel itu tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

Dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (8/9/2021), Beberapa waktu lalu, tim CNNIndonesia.com berkesempatan mewawancarai Direktur Eksekutif Media Nielsen, Hellen Katherina untuk mengulik informasi tentang perhitungan rating, mulai dari sampel, biaya, hingga perbandingan dengan negara lain yang belum banyak diketahui.

Biar nggak penasaran, yuk simak wawancara berikut ini!

- Apa yang menyebabkan jumlah sample Nielsen di Indonesia hanya 2.273 panel, padahal jumlah penduduk sangat besar?

"Kalau jumlah sampel, tergantung kebutuhan di negaranya, tergantung kemampuan stakeholder. Contohnya di Australia jumlah populasi penduduknya itu hanya sebesar Jakarta tetapi jumlah panelnya dua kali lipat dari Indonesia, ungkap Hellen.

Jadi, di sana ada 5.000 panel karena mereka mampu membiayai panel sebesar itu dan kebutuhan industrinya sampai ke sana.

"Nah kalau di Indonesia ya, kami selalu mencari titik temunya di setiap negara, di mana data itu masih memenuhi kebutuhan dari segi kedalaman analisa dan juga kisaran biaya yang masih bisa terjangkau untuk negara tersebut, kata Hellen.

Nielsen, Perusahaan Penghitung Rating Televisi (Media Track Communications)

- Apa perbedaan jumlah sampel yang banyak dan sedikit?

"Dari segi sampling error atau standar deviasi itu enggak akan beda jauh. Bedanya adalah kebutuhan analisisnya untuk mewakili demografis yang lebih rinci seperti usia dan pekerjaan," ungkapnya.

"Dengan semakin besar sampelnya, kalau kami punya sampel 5.000 atau 10.000, kebutuhan untuk menganalisis segmen yang kecil akan masih terpenuhi. Tergantung kebutuhan analisisnya," lanjutnya.

- Berarti, boleh dibilang sampel 2.273 itu cukup untuk industri TV di Indonesia? Pernahkah Nielsen berniat untuk menambah jumlah sampel?

"Pada saat ini seperti itu. Jadi ada beberapa kesempatan Nielsen pernah, misalnya, mengajukan untuk penambahan jumlah sampel dengan menambahkan juga kover area dari 11 kota sekarang menjadi ada kota-kota tambahan," lanjutnya lagi.

"Tetapi kembali lagi, pasti dengan adanya penambahan ini akan ada penambahan biaya. Nah, itulah tadi yang saya kembalikan ke industri. Jadi, ternyata pasar merasa ini tidak prioritas dan, menurut mereka, penambahan biayanya tidak sesuai, misalnya,"

"Jadi semua kami kembalikan. Segala sesuatu yang kami lakukan, kembali lagi, disetujui lagi atau tidak oleh pengguna datanya,"

- Apa bisa dikatakan industri televisi tidak mau mengembangkan penelitian rating lebih lanjut seperti pada negara lain?

"Hmmm," gumam Hellen (sambil menganggukkan kepala).



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"