Belakangan ini sedang hits banget kisah menyeramkan yang sedang banyak banget dibicarakan oleh para netizen di dunia maya.
Saking viralnya, bahkan lokasi KKN Desa Penari ini jadi perdebatan dan banyak para detektif netizen yang berusaha mencari kebenaranya.
Sebelum kita menilik kefaktanya, ini curhatan dari penulisnya yang asli. Kalian pantengin sendiri ya gengs. Ini curhatan yang ditulis oleh akun Twitter @SimpleMan yang menulis kisah tersebut. Kaya apa curhatan penulis KKN Desa Penari ini? Kuy kita simak gengs~
Curhatan Penulis KKN Desa Penari
SimpleMan:
Sepertinya. Akhir-akhir ini ada yg viral ya?
"Ya sudahlah, sebenarnya saya tidak mau menulis ini, tapi sepertinya harus ya, biar apa yg sebelumnya saya bagi ini tidak disalahgunakan oleh orang tidak bertanggung jawab.
sekaligus unek-unek saya saja, selama mengamati apa yg viral itu, bila memang ada hubungannya dengan tulisan saya."
"Sebelumnya saya meminta maaf pada semua yg membaca tulisan ini, bila mungkin ada yg tersinggung atau tidak suka, yg saya bicarakan adalah cerita KKN di desa penari, yg rupannya, banyak menarik perhatian banyak sekali orang.
Pertama," Ujarnya
"Saya menulis ini berdasarkan pengalaman orang, melabelinnya dengan tulisan “Kisah nyata” yg sekarang menjadi perdebadan banyak orang. Oke, saya jelaskan satu-satu ya."
"Cerita ini adalah cerita teman ibu saya, yg kebetulan saya curi dengar saat sdg bicara sama ibu, kemudian, saya tertarik dan lanjut ke obrolan, apakah beliau bersedia menceritakannya kepada saya, tanpa menjelaskan apa boleh cerita ini saya tulis terlebih dulu. Meski awalnya beliau keberatan, setelah saya bujuk akhirnya beliau mau."
Setelah itu beliau mulai cerita.
"Lalu saya utarakan, apakah ini boleh atau tidak saya publikasikan dalam bentuk narasi cerita tanpa mengurangi pengalaman beliau, semacam menceritakan ulang semua kejadian."
"Syukurlah, beliau mau, jadi bila ada yg mengatakan ini fiktif atau fiksi, saya gak akan marah, karena dalam penceritaan ulang ini, saya merubah banyak elemen, seperti, dalam pelaksanaan KKN ini seharusnya ada 14 orang, dimana 6 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki
lalu, prosedur pelaksanaan KKN, kenapa seakan kok ngaco, well, saya sempat mempertanyakan ini, jawaban beliau, simple, KKN ini adalah KKN profesi. sampai disini, saya tidak tanya-tanya lagi."
"Kedua, saat cerita ini pertama kali saya posting, saya menulis banyak sekali informasi tempat pelaksanaan, meski hal itu sudah saya sensor sedemikian rupa dan tentu saja ada beberapa bagian yg sengaja saya buat salah, meskipun saya tahu, akan banyak sekali orang yg penasaran."
"Orang-orang mulai menjadi detektif dadakan, oke, ini kesalahan saya yg mungkin sangat fatal, dimana saya salah menanggapi narasumber, bahwa kesemuanya bila perlu, disamarkan saja, atau tidak usah ditulis untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan."
"malah, awalnya narasumber berpesan, cerita ini tidak usah dipublikasikan saja, dan untuk pembelajaran pribadi, semacam pengingat bahwa dimanapun saya berada, tolong, junjung tinggi tata krama, tapi, saya ngeyel, saya berpikir, pesan beliau ini kenapa tidak disampaikan ke khalayak
karena toh ada pelajaran yg bisa diambil dari cerita ini."
"Itu, yang membuat saya tetap nekat meminta ijin agar cerita ini tetap diterbitkan tanpa keinginan cerita ini akan menjadi viral. serius, saya gak mikir ini sebelumnya."
"Disini, saya banyak sekali membaca komentar yg merujuk pada lokasi, mohon maaf, saya sudah susah mencoba membuat semuanya samar, kemudian tetap saja dipublikasikan rujukan tempatnya, ya sudah, saya yg salah juga, saya lupa, bila semua sudah dilemparkan ke ranah publik~"
"Maka sudah bukan menjadi hak milik saya lagi, sudah banyak ratusan atau ribuan kepala yg akan mencoba memecahkan rujukan tempat ini, dari sekian komentar, ada yg ngawur, ada yg asal ngomong, ada yg mendekati dan bahkan, ada yg benar-benar tepat lokasinya."
"Tetapi, saya tidak akan mengatakan ini lebih jauh atau membongkar tempatnya. jadi buat yg mungkin merasa sudah tahu, sudah, diam saja ya, kita bisa saling menghormati kan seperti saya menghormati warga desa disana yg saya yakin, semuanya orang baik.:
"Foto ini adalah foto rowo bayu yang sebenarnya bukan tempat yg saya ceritakan. bukan."
"Foto ini saya ambil dari google atas saran narasumber yg ingin menggambarkan Petilasan yg beliau ceritakan yg menyerupai rowo bayu ini, karena narsum pernah juga ketempat ini."
"Terakhir, saya sudah baca banyak sekali beragam komentar dan argument tentang cerita ini di luar platform twitter, aduh, saya tidak menyangka sebelumnya bila ini malah jadi ajang buat berantem demi argument masing-masing, saya jadi merasa tidak enak."
"Cerita yang awalnya saya tulis agar bisa mendapat kandungan pelajaran didalamnya malah jadi ajang debad dan baku hantam di komentar."
"Saya buat akun ini awalnya untuk menceritakan pengalaman-pengalaman saya yang bersinggungan dengan hal-hal yg diluar nalar saat masih kecil, kemudian, lanjut, dengan menceritakan pengalaman teman-teman dekat sampai orang yg saya kenal. semua itu, murni hanya untuk berbagi."
"Namun, bila disalah artikan seperti ini, saya jadi ikut merasa sedih. mungkin saya yg kurang bisa menyampaikan poin kandungan ceritanya, jadi tolong dimaafkan ya."
"Jadi akan saya tegaskan lagi, untuk siapapun yg membaca ini, semua yg saya tulis disini, yg bukan berasal dari pengalaman saya, adalah penceritaan ulang agar pembaca bisa menikmati dan tahu apa yg beliau alami, dari, apa yg saya dengar saat narsum bercerita."
"Kemudian bila ini dikatakan fiktif atau semacamnya, saya lebih suka seperti itu dan mungkin lebih baik seperti itu saja, biar saya bisa lebih bebas dalam menulis wes, gitu saja. Hehe."
"Untuk yg membagi-bagikan cerita ini diluar platform twitter, saya tidak marah, sebaliknya, saya justru seneng, berterimakasih malah, karena pesan yg saya coba sampaikan lewat cerita ini bisa sampai, dibaca dan dilihat lebih banyak orang."
"Toh alasan pertama saya angkat cerita ini karena ada hikmah yang bisa menjadi pelajaran bagi semua orang. Ya kan, Urusan percaya dan tidak percaya, semua kembali kepada yg membaca, karena saya gak bisa memakasakan kehendak semua orang kan."
"Untuk yg menyebarkan foto ngawur diluar sana, tolonglah, jangan!! toh foto yang kalian sebar tidak ada hubungannya sama cerita ini, saya benar-benar merasa tidak enak, dimana kalau saya ketemu beliau jadi tidak nyaman. Mohon kebijaksanaannya ya kawan-kawan semua."
"Segitu saja sih unek-unek saya hari ini, dan saya akan tetap menulis cerita dari pengalaman orang yg mau berbagi cerita dengan gaya penceritaan ulang yg saya buat, urusan mau diterima atau tidak, saya kembalikan saja kepada pembaca. gitu saja ya."
"Toh. Yg baca juga pastinya bisa menilai, bahwa keseluruhan cerita saya ada yg mungkin ditambahi atau dikurangi, untuk satu tujuan, HIBURAN. Ya, sebatas hiburan saja, jadi kalau ada yang berdebat karena hiburan ya, saya, no comment.Sudah ya debadnya, yok lanjot kerja saja,"
"Seperti prinsip pertama saat buat akun ini, tertulis jelas di bio saya, “Life is simple, stop making it complicated”."
"Nanti, ayuk lah lanjut ceritanya, sudah terlalu lama saya menyibukkan diri kayanya. hehe"
Nah Itulah pengakuan berdasarkan penulis aslinyaa di akun Twitternya @SimpleMan. Nah lokasinya jadi dimana? Kita tunggu ulasan selanjutnya ya gengs~