Meski semburan abu tak terlihat jika dilihat dengan mata telanjang, citra satelit BMKG menangkap ketinggian dan arah. Setinggi 2.000 meter diatas puncak Gunung Agung kolom abu menyembur. Gunung Agung terletak di wilayah Karangesem, Bali ini sebelumnya pada status siaga level III.
Masyarakat dan pendaki diimbau untuk tidak mendekati Gunung Agung dalam radius 4 kilometer. Peneliti NASA menganggap letusan Gunung Agung ini memiliki keunikan dibanding gunung vulkanik lainnya. Gunung Agung memiliki karakter yang sama dengan Gunung Pinatubo. Gunung Pinatubo mengeluarkan gas ke seluruh dunia yang menyebabkan terjadi reaksi kimia. Gas tersebut bercampur dengan uap air dan menghasilkan tetesan sangat dingin, disebut dengan aerosol.
Aerosol memantulkan sinar matahari dan menjauhi Bumi. Akibatnya suhu Bumi menurun sebanyak 1 derajat Fahrenheit selama beberapa tahun. Artinya, Gunung Agung mempunyai pengaruh besar dalam menurunkan suhu Bumi.
Erupsi yang terjadi pada Kamis malam kemarin terjadi sekitar 4 menit. Berdasarkan penjelasan dari Devy Kamil Syahbana, Kepala Subbidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, abu erupsi terlihat dari citra satelit BMKG.
Semburan material berupa kerikil, abu dan pasir. Intensitas hujan abu yang jatuh di Desa Ban dan Banjar Dukuh tergolong tipis. Berdasarkan penjelasan lebih lanjut, belum ada tanda-tanda adanya erupsi susulan.
Dikutip dari Tribun-Bali, Devy menerangkan "Kalau erupsi susulan terus menerus atau erupsi lebih besar belum ada. Tetapi kita terus monitor 24 jam aktivitas Gunung Agung oleh tim PVMBG. Status masih Siaga Level III".
Erupsi kemarin ketinggian semburan material mempunyai tingkat yang sama dengan yang terjadi pada tanggal 30 Desember 2018. Hingga saat ini belum ada indikasi erupsi lebih besar. Jika pun ada indikasi, tim terkait akan mengumumkan segera, tutur Devy.
Guntur Sakti, Ketua Tim TCC Kemenpar, menghimbau masyarakat untuk mematuhi rekomendasi yang sudah diumumkan. Seperti tetap berada pada jarak aman dari puncak kawah, yaitu berada pada zona 4 kilometer. Masyarakat yang bermukim pada sekitar aliran sungai berhulu di Gunung Agung juga perlu waspada. Dihimbau juga untuk tetap beraktivitas wisata seperti biasa namun tetap menjauh dari radius erupsi.