Hari ini (Jumat, 27/4/2018) akan tercatat sebagai hari bersejarah bagi Semenanjung Korea. Pasalnya, kedua pemimpin negara di Asia Timur ini melakukan pertemuan untuk pertama kalinya setelah lebih dari sedekade lalu.
Pertemuan kedua negara ini diadakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Korea Utara-Korea Selatan yang berlangsung di The Peace House, 130 meter barat daya Zona Demiliterisasi (DMZ) Panmunjom, Korea Selatan.
KTT ini resmi dibuka setelah Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In. Kedua pemimpin ini juga saling mempersilakan menginjakkan kaki di wilayah masing-masing.
Ada tiga agenda pembahasan yang menjadi fokus dalam pertemuan itu seperti denuklirisasi Semenanjung Korea, pemulihan hubungan bilateral, serta penyelesaian formal Perang Korea. Agenda terakhir menjadi penting, sebab kedua negara, secara teknis, masih berperang hingga kini semenjak perang itu diakhiri lewat gencatan senjata pada 1953 silam.
Agenda pertemuan itu juga diprediksi akan membawa sinyal positif, terutama setelah Presiden Moon Jae-In mengatakan bahwa Korut telah setuju untuk denuklirisasi nuklir dan pelucutan senjata. Bahkan Korut tak mengajukan syarat-syarat spesifik untuk persetujuan mereka.
Di samping itu, Kim Jong-Un juga mengatakan agar Korsel tak perlu lagi menguji kemampuan persenjataannya. Namun sejumlah analis menilai bahwa denuklirisasi nuklir akan berjalan alot dan mungkin Korut tidak akan benar-benar mempertimbangkan persetujuan mereka yang telah diumumkan sebelumnya.
Di lain pihak, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) juga akan mengawasi penyelenggaraan KTT kedua negara tersebut. Langkah pengawasan ini juga dalam rangka persiapan AS untuk bertemu Kim Jong-Un pada Mei atau Juni mendatang.