Irjen (Purn) Bekto Suprapto, seorang anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyayangkan serangan teror bom bunuh diri yang terjadi di beberapa titik di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) lalu.
Menurutnya, aksi teror bom yang dilakukan bersama segenap anggota keluarga ini merupakan kejadian yang pertama kali di dunia. Ia mengatakan, serangan teror yang mengajak satu keluarga, termasuk anak-anaknya pula adalah modus baru terorisme di Indonesia, bahkan di dunia.
Modus-modus baru seperti ini perlu dipelajari pihak berwenang dari fakta-fakta di lapangan. Akan tetapi, masih menurutnya, modus ini masih sulit terendus oleh petugas.
Kembali menurut Bekto, fakta-fakta yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa ketiga keluarga teroris di Surabaya saling terhubung dan saling besuk. Mereka juga memiliki guru yang sama.
Perubahan modus dalam aksi terorisme di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tahun 2002 misalnya, aksi terorisme menyasar pada simbol keagamaan dan kemudian berkembang ke simbol negara barat, terutama pada bom di depan Kedubes Australia.
Setelahnya, modus penyerangan dikombinasikan dan menyasar kepada simbol agama dan kepolisian. Tapi sekarang, tambah Bekto, aksi terorisme menyasar pada kepolisian karena teroris melihat polisi sebagai penghalang utama menuju kekhalifahan yang mereka inginkan.