Nama Muhammad Ali di era 1960 hingga 1970-an kerap menghiasi tajuk pemberitaan dan jadi perbincangan hangat di hampir seluruh dunia. Nggak cuma ketika bertanding tinju aja lho Gengs tapi juga dari segi kehidupannya. Sebab, ia dikenal sebagai sosok inspiratif, kontroversial, dan juga berpengaruh di dunia.
Dilansir dari berbagai sumber, petinju kelahiran Amerika, 17 Januari 1942 itu pernah datang ke Indonesia pada 1973, tepatnya di tanggal 20 Oktober. Dia datang dalam rangka laga non-gelar melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers.
Tentu saja kehadiran sang pesohor di atas ring tinju tersebut disambut antusias oleh publik Indonesia. Hal tersebut terlihat dari seluruh tiket pertandingan, mulai dari harga Rp1.000 hingga Rp27.500 ludes terjual dalam sekejap. Total ada 35 ribu tiket habis terjual pada saat itu.
Adapun kedatangan petinju yang punya nama asli Cassius Clay tersebut ke Indonesia juga dimanfaatkannya untuk rekreasi. Sebab sebelumnya dia kalah dalam "Pertarungan Abad Ini" melawan Joe Frazier pada 8 Maret 1971 di New York, Amerika Serikat. Kekalahan itu jelas menjadi pukulan besar bagi Ali. Rekor apiknya menang 31 kali beruntun patah, begitu juga gelar juara dunia kelas berat yang lepas dari genggamannya.