Beragam cara sudah Ghea lakukan. Mulai dari meminta kawannya untuk mencarikan teman, sampai memakai aplikasi kencan online. Semuanya tak berhasil. Ghea justru menemukan lelaki hidung belang.
Kegelisahannya ditangkap oleh ibu kantin. Ghea yang saban hari selalu makan di kedainya sudah ia anggap seperti anak sendiri. Sering kali, Bu Margaretha juga membiarkan anak itu untuk makan sesukanya tanpa membayar. Ia suka sekali melihat Ghea makan dengan lahapnya.
“Tumben mbak, makannya cuma sedikit?” tanya Bu Siti sembari membereskan satu piring batagor, satu mangkok mi ayam, dan dua gelas es teh milik Ghea.
“Eh iya bu, ditanyain terus sama orang rumah tentang pendamping wisuda” katanya sembari menyelesaikan es dogernya.
Bu Margaretha tertawa dengan jawaban itu. Sudah sejak lama juga Ghea mengeluhkan tak memiliki tambatan hati. Ia pun merasa iba.
“Kalo Mbak Ghea benar-benar pengin punya pacar, Ibu bisa bantu” tuturnya tenang.
“…hah.. ibu punya anak buat dijodohin sama saya?” tanyanya kaget.
“Bukan begitu mbak, saya punya ajian yang bisa digunakan untuk menarik pria” katanya sambil malu-malu.
“… tapi, mbak Ghea tidak boleh makan daging. Daging apa pun itu, baik ikan, unggas, sampai daging kaki empat juga tidak boleh” tuturnya tegas.
Ghea mengangguk dengan penuh semangat.
Bu Siti kemudian memberikannya sebuah gelang yang harus ia pakai terus, terutama bila berada di dekat lelaki.
Menurut Bu Siti, gelang itu terdiri dari batu gunung paling tua di Pulau Jawa yang memiliki kemampuan magis.
Percaya tak percaya, Ghea pun menurut. Ia hanya peduli untuk mendapatkan pacar. Ia tak peduli bila dibilang melakukan hal yang salah, apalagi melakukan pengasihan.
Tekadnya bulat, ia tak tak pernah melepas gelang itu sekalipun. Alhasil, sebulan kemudian Ghea mendapatkan pacar pertamanya.
Sosok pria tampan itu adalah seseorang mahasiswa pasca sarjana di fakultasnya. Semua warga kampus geger dengan pasangan itu. Menurut mereka, si pria bisa mendapatkan perempuan yang lebih cantik dari Ghea.
Meski begitu keduanya terus mencinta. Mereka bak perangko dan surat yang tak pernah lekang bersama. Kemana Ghea pergi, sang pacar selalu menemani.
Sampai suatu hal terjadi. Ketika keduanya ingin kencan ke pantai pinggir tebing, motor yang mereka gunakan oleng. Mereka berdua jatuh ke jalan yang penuh batu. Meski si pria selamat, tetapi kondisi Ghea sangat parah. Wajahnya bahkan tak bisa dikenali dan harus dilakukan beragam operasi.
Si pria pun sadar terhadap tipu daya jimat Ghea. Seketika ia langsung memutuskan Ghea. Bak jatuh tertimpa tangga. Penderitaan Ghea pun bertumpuk-tumpuk.
Jadi yang namanya Pengasihan itu emang gak boleh dilakukan, karena itu merupakan jalan pintas yang gak lazim.
Btw... Ini adalah cerita fiksi ya, kalau ada kesamaan nama dan juga jalan cerita ya mohon maap.