Sementara masyarakat dunia secara umum menggunakan warna hitam sebagai warna yang menyimbolkan berkabung atau kematian. Tradisi mengenakan segala hal berwarna hitam saat ada orang yang meninggal dunia bermula dari pakaian yang dikenakan Ratu Victoria dari Inggris.
Kala itu, sang ratu mengenakan pakaian serba hitam ketika menghadiri upacara kematian suaminya. Sejak saat itu, warna hitam menjadi simbol kematian orang-orang di Eropa. Warna hitam juga disebut sebagai simbol dari kesedihan.
Beda dengan warna hitam dan putih, di Thailand dan Brasil menggunakan warna ungu sebagai simbol kematian. Kemudian di Afrika Selatan, suasana berkabung disimbolkan dengan warna merah.
Di Mesir, kematian disimbolkan dengan warna kuning emas. Warna itu sejak lama digunakan untuk melukis mumi sebelum almarhum dimakamkan.
Di Indonesia mungkin hampir sama dengan Mesir. Tapi sejarah penggunaan warna kuning sebagai simbol kematian ini jelas beda. Sejarahnya juga tak lepas dari zaman kolonial silam.
Jadi dulu ada bendera pesegi penjang dengan warna kuning polos. Ada simbol berupa huruf 'Q' di bendera kuning tersebut. Bendera kuning itu menjadi penanda untuk para penderita sebuah wabah mematikan.
Orang yang terkena wabah mematikan itu wajib dikarantina di dalam rumahnya. Maka, setiap rumah orang yang terkena wabah mematikan itu wajib menandai rumahnya dengan bendera kuning Q tersebut yang berarti 'quarantine' atau karantina.
Konon, wabah penyakit itu sangat mematikan. Wabah itu juga bisa menular dengan cepat dan memakan banyak korban meninggal. Setelah itu, bendera kuning pun jadi terlihat di mana-mana. Entah menandakan karantina atau korban jiwa akibat wabah mematikan tadi.