Ini jelas menjadi gambaran bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia yang menolak adanya penjajahan di muka bumi, termasuk di dalamnya Palestina. Selain itu, pengambilan kebijakan normalisasi dengan Israel ini juga tidak akan dilakukan Pemerintah Indonesia, karena tidak adanya kepentingan tertentu yang tengah diperjuangkan Indonesia dan mengharapkan bantuan dari AS.
Normalisasi yang sudah dilakukan oleh negara-negara Arab dengan Israel dinilai muncul karena adanya kepentingan negara tersebut terhadap kekuatan AS. UEA dan Bahrain lebih didominasi faktor politik dan keamanan, yang sangat khawatir dengan Iran yang menjadi tetangganya.
Sebagaimana diketahui secara militer maupun politik, Iran semakin hari semakin perkasa, dan kini menjadi pemain penting di kawasan Timur Tengah. Sementara Maroko mendapatkan imbalan pengakuan dari Amerika atas wilayah Sahara Barat yang sudah lama disengketakan dengan tetangganya Aljazair, di samping mendapatkan janji investasi di negaranya dari Amerika.
Sama halnya dengan Sudan, pihaknya mendapatkan dukungan penuh berupa dana segar dari AS, yang dapat dimanfaatkan untuk menutup kondisi penurunan ekonomi internal. Dengan demikian, negara-negara tersebut memiliki sisi pertimbangan pragmatis dalam menerima tawaran Israel.
Sementara itu, Indonesia tidak memiliki kepentingan pragmatis baik terhadap Israel maupun Amerika. Satu-satunya kepentingan Indonesia terhadap Amerika adalah dukungan negara super power ini terkait dengan wilayah Laut Natuna Utara yang berada di wilayah Laut China Selatan yang diklaim oleh China.
Seperti yang dilansir dari matamatapolitik.com , Kondisi tersebut dinilai tidak akan digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menerima tawaran normalisasi. Apalagi posisi AS yang memiki kepentingan untuk membendung pengaruh ekonomi, politik, maupun militer China di kawasan Asia Tenggara. Sehingga dengan demikian, diminta ataupun tidak, maka AS tetap akan membantu negara-negara ASEAN yang bersengketa dengan China.
Terkait sengketa Palestina-Israel, Indonesia sudah berada dalam posisi yang seimbang dan sangat kokoh. Dikatakan seimbang karena Indonesia berpijak pada perjanjian Oslo yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan kerangka Two States Solution (Solusi Dua Negara) pada 1993.
Sedangkan dikatakan kokoh, karena Indonesia sejalan dengan sikap formal PBB, negara-negara yang tergabung dalam Non-Blok, OKI, dan Liga Arab. Kini mayoritas negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa juga memiki sikap seperti ini. Sehingga dukungan terhadap Palestina akan semakin besar, dan secara bersama menolak tawaran normalisasi hubungan dengan Israel karena dianggap akan menambah beban perjuangan Palestina.
Hubungan Indonesia dan Palestina yang terjalin secara kuat dibuktikan dengan penolakan secara tegas oleh Menlu Retno Marsudi terhadap tawaran normalisasi. Hal ini, menjadi modal utama Indonesia dalam menggalang dukungan kepada negara-negara yang sejalan dengan sikapnya, untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina. Diharapkan hal ini, bisa berdampak pada semakin besarnya dukungan yang diberikan dari berbagai forum internasional, untuk kemudian menolak secara bersama tawaran normalisasi Israel.
Gimana nich menurut kalian gengs?