Pasca viral dan ditonton banyak pengguna TikTok dan mendapat banyak likes, video cucu sosok kakek di sampul buku Iqro ini pun membuat banyak warganet terharu dan memuji. Tak sedikit pula yang berterima kasih.
“MashaAllah berkat kakeknya saya bisa baca huruf Arab, hafal Alquran. Semoga kakeknya diberikan tempat yang seindah-indahnya. MashaAllah sekali amalnya mengalir terus,” tulis Harta tahta yussof.
Meski berjasa esar, namun tak banyak yang tahu mengenai riwayat hidup kakek KH As’ad Humam. Ternyata ia bukan erasal dari dari golongan muslim terpelajar.
Ia hanya menyelesaikan sekolah hingga kelas 2 Madrasah (setingkat SMP), di Muhammadiyah Yogyakarta. Profesinya sehari-hari adalah pedagang perhiasan imitasi di pasar Beringharjo, Malioboro, Yogyakarta.
Sejak remaja ia mengalami pengapuran tulang belakang hingga tak leluasa sampai akhir hidupnya. Karena kondisinya itu, ia juga harus menjalani salat dalam posisi duduk, karena itu ia harus menggunakan tongkat, seperti pose terakhir di sampul Iqra.
Momen pentingnya menciptakan metode membaca alquran dimulai saat ia bertemu dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi. Keduanya merupakan rekan dekat yang saling kenal lantaran profesi satu sama lain.
KH Dachlan Salim Zarkasyi telah terlebih dahulu menciptakan metode Qiroati yang dibukukan pada 1963. Ia pun mulai bereksperimen. Setiap gagasan dicatatnya untuk diserahkan kepada KH Zarkasyi sebagai usulan.
Namun, gagasannya kerap kali mengalami penolakan. Keduanya berselisih paham dan pada akhirnya memilih untuk saling mengembangkan metode masing-masing: KH Dachlan Salim Zarkasyi dengan metode Qiroati-nya, dan K.H. As’ad Humam dengan metode baru yang kemudian diberi nama Iqra.
Metode pembacaan Iqra yang semula diperkenalkan hanya dari mulut ke mulut, kemudian mulai berkembang dan berterima di masyarakat Indonesia. Hingga pada 1988 dan 1989, K.H. As’ad Humam mendirikan Taman Kanak-Kanak Alquran (TKA) AMM Yogyakarta dan Taman Pendidikan Alquran AMM Yogyakarta (TPA).
Karena mudah berterima, metode Iqra makin dikenal luas hingga ke pelosok nusantara. Berkat kegigihannya, Mantan Menteri Agama Munawir Sjadzali pun menetapkan TKA dan TPA yang dibangun oleh K.H. As’ad Humam sebagai Balai Litbang LPTQ Nasional pada 1991 silam.
Pada Februari 1996, K.H. As’ad Humam sang penemu Iqra, wafat dalam usianya yang ke-63 tahun. Ia meninggal bertepatan pada hari Jum’at bulan Ramadhan.
Nah jadi begitulah kisah KH As’ad Humam gengs, gimana menurut kamu gengs?