Rasulullah pun langsung menegur mereka dan bersabda, “Sungguh, orang-orang sebelum kalian binasa karena keras terhadap mereka sendiri, sehingga Allah pun keras terhadap mereka. Itulah sisa-sisa mereka, berada di wihara-wihara dan tempat pertapaan. Karena itu, beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya, berhaji dan berumrahlah, serta istikamahlah, niscara Allah akan tetap dan selalu bersama kalian.” (H.R. Abdur Rozzaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mundzir).
Seperti yang disampaikan Nawaf al-Jarrah (2013), para sahabat pun ada yang berlomba ingin menyaigi kehebatan ibadah Nabi, seperti berpuasa sepanjang masa dan tidak melampaui batas dengan menjauhi lawan jenis dan tidak menikah.
Rasulullah pun menegur mereka dan bersabda, “…. demi Allah, aku orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya. Tapi, aku berpuasa dan tetap berbuka, shalat dan juga tidur, dan aku menikahi perempuan. Barang siapa yang membenci sunnahku berarti dia bukan dari golonganku.” (Al-Bukhari, VII/2).