Jadi Saksi, Inilah Cerita Nelayan Pulau Lancang yang Lihat Puing Beterbangan saat Sriwijaya Air Jatuh

Jadi Saksi, Inilah Cerita Nelayan Pulau Lancang yang Lihat Puing Beterbangan saat Sriwijaya Air Jatuh

Salah seorang nelayan Pulau Lancang, Hendrik Mulyadi, menceritakan detik-detik saat ia menyaksikan sendiri pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute Jakarta-Pontianak yang jatuh pada Sabtu (9/1/2012) lalu. Dia melihat ombak yang cukup tinggi saat itu.

Kesaksian Nelayan Pulau Lancang (Harianjogja.com)

FYI aja, pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di sebelah utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11 ribu kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13 ribu kaki.

Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya, yakni 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan terjadi karena faktor cuaca.

Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang, terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Kala itu Hendrik berada di lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 bersama dua rekananya yang merupakan ABK di kapal pencari rajungan.

"Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa," kata Hendrik, dikutip dari Antara, Senin (11/1/2021).

Setelah menyaksikan kejadian yang berlangsung sekitar dua menit tersebut, Hendrik mengaku dia dan dua rekannya nggak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada yang terjadi sebenarnya dan sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak.

Tapi anehnya, menurut Hendrik, sesaat sebelum kejadian, tidak terdengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras serta tidak terlihat kobaran api membubung setelah dentuman keras.

"Suara mesin nggak ada. Terus saat kejadian nggak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," katanya.

Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang akan apa yang yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri itu hingga tak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"