Ironis! Dulu Miliarder Kini Hidup Susah, Warga Tuban Merasa Dibohongi PT Pertamina

Ironis! Dulu Miliarder Kini Hidup Susah, Warga Tuban Merasa Dibohongi PT Pertamina
Kakek Musanam yang menyesal jual tanahnya ke Pertamina (lintasbabel.inews.id)

 

# Janji Palsu Pertamina Berujung Unjuk Rasa

Karena janji yang tak ditepati pihak Pertamina. Warga Desa Wadung termasuk Musanam memutuskan untuk melakukan unjuk rasa.

Mereka yang berunjuk rasa adalah warga yang telah kehilangan pekerjaan sekaligus penghasilan sebagai petani usai lahannya dijual. Tak hanya itu, mereka juga kehilangan rumahnya untuk kepentingan pembangunan kilang minyak karena kemakan janji palsu Pertamina.

Para warga menagih janji PT Pertamina GRR Tuban untuk memprioritaskan warga lokal pemilik lahan. 

Anehnya, pihak perusahaan kini mensyaratkan usia maksimal 50 tahun untuk warga lokal, agar bisa direkrut bekerja.

Padahal, pada waktu pembebasan lahan, perusahaan tidak menyampaikan syarat tersebut. 

# Bertahan Hidup dari Anak Menantu dan Sapi yang Dimiliki

Musanam saat ini harus mengandalkan pendapatan dari menantunya yang masih tinggal serumah. Enam ekor sapi yang dimilikinya pun sekarang tinggal tiga ekor. Sebab yang tiga ekor telah dijual untuk makan.

Unjuk rasa warga kampung miliarder tuntut janji Pertamina (motorplus-online.com)

Harapan anak menantunya dipekerjakan di Kilang Minyak juga sebatas mimpi. Ia memutuskan bergabung dengan paguyuban pemuda enam desa demo di Kilang GRR Tuban untuk menagih janji Pertamina dipekerjakan di penyiapan lahan tahap 4 di tahun 2022.

"Harapan saya tinggal ini. Setiap hari saya terus diomeli istri karena menganggur. Sapi terus menerus berkurang untuk makan sehari-hari," ujarnya, seperti dikutip dari bloktuban.com jejaring media suara.com.

Huhuhuh, semoga masalah ini segera ada solusinya ya. Semoga Pertamina bisa menepati janjinya waktu itu, ketika merayu warga menjual lahan.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"