Karena pemikiranya itulah Tan Malaka disebut sebagai "Bapak Republik Indonesia". Sebutan itu diberikan oleh Moh. Yamin, sahabat Tan Malaka dan tokoh yang terkenal setelah Sumpah Pemuda tahun 1928.
Moh. Yamin menyebut sahabatnya itu setara dengan George Washington, pemikir dan pendiri Amerika Serikat.
Dalam pengantar buku "Menuju Republik Indonesia" karya Khalid O. Santosa (2014), Tan Malaka punya dua tujuan dalam revolusi Indonesia. Pertama adalah mengusir imperialisme Barat, dan kedua mengikis habis akar-akar feodalisme dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri.
Bagi Ibrahim atau Tan Malaka, revolusi macam itulah yang tidak akan memunculkan lagi suatu perbudakan. Bahkan perbudakan yang lebih halus sekalipun. Revolusi macam itu akan memunculkan semangat kerakyatan.
Di luar negeri, sosok Tan Malaka lebih dikenal sebagai tokoh komunis Indonesia. Tan Malaka sendiri pernah menduduki kursi Ketua Komunis Internasional (Komintern) wilayah Asia Tenggara.
Sayangnya, nama Tan Malaka nyaris tak pernah muncul dalam sejarah Indonesia. Padahal nama dan jasa-jasanya membuat dirinya bisa lebih dikenal sebagai "Bapak Republik Indonesia".
Hingga kini, Tan Malaka masih saja menjadi seorang tokoh dalam sejarah Indonesia yang sering terlupakan.