"Waktu di Malioboro diusir (petugas) keamanan. Terus waktu itu juga ada pedagang es teh melempar saya pakai es batu karena dia pikir saya bikin takut pembeli," kata perempuan berusia 33 tahun itu sambil tertawa.
Meski diusir dan dilempari, Inem tetap semangat. Buat Made, jadi orang gila jauh lebih baik ketimbang menjadi waras tapi tak berguna.
Made pun mengaku tak ada waktu khusus baginya untuk berubah menjadi sosok Inem Jogja. Inem muncul saat dirinya memiliki waktu luang.
"Saya jadi ini kan untuk mengisi waktu luang. Jadi, seminggu bisa cuma sekali keliling Jogja, atau kalau emang benar-benar banyak waktu luangnya, yah, bisa seminggu sampai empat kali," katanya.
Di balik label "wong edan"-nya, Made bukanlah perempuan biasa. Ternyata, Made adalah seorang sarjana Magister Pertunjukan Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Sebelum menjadi Inem, Made sempat berprofesi sebagai dosen. Namun, perempuan berdarah Bali ini memilih untuk meninggalkan profesinya dan terjun langsung demi membantu masyarakat.
"Saya senang sih jadi dosen. Tapi, pulang kerja jadi capek, terus nggak ada waktu untuk anak. Makanya saya memilih resign," ungkap Made.
Kisah Inem Jogja, "wong edan" yang pernah diusir dan dilempar es batu ini berlanjut ke ulasan selanjutnya ya gengs. Simak juga latar belakangnya dan tujuan mulianya di balik sosok gilanya itu.