Menteri Suharso Monoarfa membuat kehebohan ketika menceritakan ada kiai yang diduga suka meminta amplop berisi uang saat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Saat berbicara memang Suharso mengisahkan pengalamannya saat menjadi PLT Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal ini membuat Gus Miftah geram.
Melansir dari Instagram @gusmiftah, pendiri pondok pesantren Ora Aji ini menuliskan bahwa ucapan yang dilontarkan Suharso diduga menghina marwah para kyai dan pondok pesantren. Menurut Gus Miftah banyak orang melakukan silaturahmi atau sowan kepada para kiai untuk meminta doa atau nasehat atau yang disebut tabarukan.
“Tidak ada permintaan kyai kepada para santri dan jamaah kalau sowan harus kasih amplop atau apapun, kalau toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kyai,” tulis Gus Miftah.
Gus Miftah menyadari banyak para tokoh politik di Indonesia yang memang memanfaatkan kiai untuk kepentingan politiknya. Kiai selama ini hanya dimanfaatkan oleh para politikus tersebut. “Selesai butuhnya kembali meninggalkan kyai. Kali ini anda menghina kyai dan pesantren dengan kalimat menyakitkan. Saya sebagai santri yang biasa sowan kyai untuk tabarukan dan ngalap berka meminta anda untuk klarifikasi dan minta maaf,” tulisnya.
Dalam acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas Bersama Komisi Pembrantasan Korupsi, Suharso mengenang saat sering mengunjungi pesantren dan bertemu kiai untuk meminta doa dan nasehat. Saat berkunjung, Suharso memang tidak membawa uang namun setelah ia pulang, ada pihak pesantren yang bertanya kepadanya.
“Tak lama saya dikirimi pesan di WhatsApp. Pak tadi ninggalin apa nggak untuk kiai? Ninggalin apa? Saya tidak tertinggal sesuatu di sana, mungkin ada barang cucu saya waktu itu yang saya bawa,” jawab Suharso. Ternyata maksud orang itu bertanya apakah Suharso memberikan tanda mata berupa amplop berisi uang kepada kiai yang sudah mendoakannya.