Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) adalah tiga tuntutan rakyat yang dilayangkan kepada pemerintah. Tritura awalnya diserukan oleh Mahasiswa yang tergabung menjadi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Hari Tritura terus diingat setiap 10 Januari. Tiga tuntutan rakyat ini menjadi peristiwa sejarah penting untuk Indonesia.
Hari Tritura
Hari Tritura tanggal 10 Januari ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Saat itu isu PKI semakin santer dan membuat masyarakat Indonesia resah. Sayangnya pemerintah dianggap tidak segera mengambil tindakan tegas terhadap keberadaan PKI.
Hari Tritura juga tercetus karena ekonomi Indonesia yang sangat terpuruk kala itu. Hara bahan pokok sangat mahal. Sulit untuk dibeli olah rakyat Indonesia. Harga bahan bakar minyak juga turut melambung.
Pada tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Tritura. Isi Tritura adalah:
1.Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2.Perombakan kabinet Dwikora
3.Turunkan harga pangan
Tuntutan ini dilakukan ketiga kalinya setelah sebelumnya sudah disuarakan oleh KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September).
Aksi hari Tritura ini juga dipelopori oleh adanya Peristiwa G30S 1965. Kegaduhan negara membuat Presiden Sukarno sempat bimbang menentukan tindakan.
Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UI, yang terlibat langsung dalam situasi tersebut menggambarkan betapa kisruhnya keadaan pada masa itu. Tejadi huru hara dan kepanikan yang semakin membuat keadaan negara terpuruk di segi ekonomi dan politik.
Cosmas Batubara, salah seorang pentolan aksi anggota Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), masih terkenang beratnya perjuangan mereka pada waktu hari Tritura itu.
Setelah hari Tritura itu pada 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet. Tapi ternyata masih ada anggota PKI di dalamnya. Hingga menyulut kasi mahasiswa yang menyebabkan Arif Rahman Hakim meninggal.