Seorang mahasiswi kedokteran asal Australia bernama Arnima Hayat berakhir tragis karena dibunuh suaminya. Siapa sangka, pasangannya selama ini melakukan pembunuhan yang sadis terhadapnya.
Wanita berusia 19 tahun itu merupakan orang dari Bangladesh yang berimigrasi di Australia sejak usianya masih 9 tahun. Ia akhirnya melanjutkan pendidikan kedokteran di Western Sydney University. Lalu, dirinya bertemu seorang pria bernama Meraj Zafar, 20 tahun, yang menjadi awal penderitaan untuknya.
Sejak awal, keluarga Arnima tidak yakin dengan sikap Zafar yang sering mengontrol. Tetapi, pasangan tersebut malah memutuskan menikah diam-diam secara Islam tanpa kehadiran keluarga dan teman.
Setelah pernikahan, Arnima semakin menjauh dari orang-orang terdekatnya, sementara Zafar terus menunjukkan sifat posesif dan kasar. Hingga akhirnya, rumah tangga mereka kian memburuk. Apalagi ketika Arnima hamil, ia sering curhat ke teman-teman dekatnya bahwa Zafar sering menyiksanya secara fisik.
Dalam sebuah pesan, ia bahkan menulis, "Aku tidak ingin memiliki anak laki-laki seperti dia." Pada 29 Januari 2022, dalam keputusasaan, Arnima mengirimkan pesan kepada seorang teman, "Aku tidak punya siapa-siapa kecuali kamu." Namun, jawaban yang ia terima justru mendorongnya untuk bertahan dalam hubungan tersebut. Dengan tegas, Arnima menjawab, "Tidak, aku membencinya." Itulah pesan terakhirnya.
Selang sejam kemudian, Zafar pergi meninggalkan apartemen mereka yang berada di North parramatta. Lalu esoknya, ibunya melaporkan ke polisi dan mengatakan jika pasangan tersebut sedang bertengkar dan tidak tahu apakah Arnima masih hidup atau tidak.
Saat itu, Zafar bahkan sempat mencari harga tiket pesawat untuk melarikan diri ke luar negeri. Ketika polisi mendobrak pintu apartemen pasangan itu, mereka langsung disambut bau menyengat bahan kimia. Petugas dengan perlengkapan hazmat menemukan tubuh Arnima dalam kondisi mengenaskan di dalam bak mandi yang telah diisi dengan asam klorida. Tubuhnya begitu rusak hingga hanya tes DNA yang bisa mengonfirmasi identitasnya.
Penyelidikan pun mengungkapkan jika Zafar membunuh Arnima dan melarutkan tubuhnya dengan 100 liter asam klorida. Bukti lain di komputernya menunjukkan pencarian seperti "Bisakah asam klorida membakar kulit?" dan "Berapa lama hukuman untuk pembunuhan di Sydney?"
Dalam waktu 20 jam setelah kejadia, Zafar menyerahkan diri ke polisi. Ia mengaku membunuh istrinya karena tak ingin ia meninggalkannya.
Pada Desember 2024, Zafar dijatuhi hukuman atas pembunuhan brutal terhadap Arnima. Dalam persidangan, ayah korban, Abu Hayat, menyampaikan kesedihannya. "Aku merindukan putriku setiap hari dan melihat wajahnya dalam mimpiku. Ia membakar wajah yang selalu kucium setiap malam. Bisa bayangkan jika itu adalah anakmu?" katanya.
Ibunya, Mahafuza Akter, mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam.
"Tidak ada lagi kebahagiaan, hanya kesedihan dan penderitaan. Setiap Jumat, aku duduk di makamnya, mengelus rumput karena aku tidak bisa lagi mengelus rambutnya. Aku mencium nisan yang dingin, karena hanya itu yang tersisa untuk kupeluk." lanjutnya.