Bagi pasangan calon pengantin yang akan menikah, biasanya melakukan tradisi pingitan . Pingitan sendiri adalah budaya dari suku Jawa yang masih dilestarikan sampai sekarang. Pingitan memang memiliki beberapa manfaat. Misalnya memupuk rindu antara kedua calon pengantin.
Biar rindunya menumpuk, calon pengantin dilarang untuk bertemu selama seminggu atau beberapa hari sebelum menikah. Calon pengantin perempuan juga dilarang keluar rumah untuk bertemu calon pengantin laki-laki. Alasannya agar keduanya dapat saling merasakan rindu saat bertemu di hari pernikahan nanti.
Selain urusan kangen, pasangan yang akan menikah sengaja dipingit agar masing-masing saat bertemu lagi di hari pernikahan akan merasa pangling dengan penampilan wajah. Memang semua pengantin ingin jika wajahnya bikin orang lain jadi pangling. Ternyata budaya pingitan tidak hanya dilakukan pengantin di suku Jawa. Berikut beberapa suku yang juga melakukan tradisi pingitan.
1. Suku Muna
Suku Muna berasal dari Sulawesi Tenggara. Tradisi pingitan di Suku Muna disebut Karia. Karia memiliki manfaat agar calon pengantin perempuan bisa belajar menjalani kehidupan rumah tangga setelah menikah. Selama itu, ia mendapatkan nasehat dari orangtua.
2. Suku Betawi
Di Betawi ada yang disebut Diapare. Diapare adalah momen dimana calon mempelai perempuan diminta untuk melakukan perawatan kecantikan sebelum menikah. Hal itu dilakukan agar saat menikah kecantikannya terpancar dan membuat banyak orang kagum dengan penampilannya.
3. Suku Buton
Tetangga Muna yakni Suku Buton juga mengenal pingitan atau yang disebut Bakurung. Bakurung adalah prosesi dimana perempuan dilarang berkomunikasi dan bertemu orang dari luar rumah. Kecuali orang yang disebut Bisha yang akan memberikan nasehat dan petuah jelang pernikahan.