Film Nussa dan Rara Dituding Memuat Radikalisme, Ini Tanggapan Produsernya

Film Nussa dan Rara Dituding Memuat Radikalisme, Ini Tanggapan Produsernya

Gengs, apakah kamu, adikmu, keponakan, atau bahkan anakmu suka nonton kartun animasi? 

Kalau iya, pasti familiar sama kartun Nussa dan Rara kan. 

Serial animasi buatan anak bangsa ini merupakan salah satu serial favorit anak-anak Indonesia. Visinema selaku rumah produksi merilis trailer film Nussa yang rencananya akan tayang di bioskop dalam waktu dekat.

Selain penuh dengan nilai moral yang positif di mana anak bisa sekaligus belajar, kartun ini pun dikemas dengan gambar yang apik. 

Rara dan Nusa (Cafeteria)

Mengutip dari CNN Indonesia, serial ini pertama kali tayang di Youtube pada bulan November 2018 dan berakhir di pertengahan Januari 2020.

Serial animasi yang berisi ajaran agama Islam ini kini telah dikenal luas, contohnya tayang di televisi nasional Indonesia seperti NET TV dan Trans TV serta di kanal televisi Malaysia.

Netizen mengungkapkan antusiasmenya akan peluncuran trailer film layar lebar Nussa. Banyak orangtua juga bercerita bahwa serial animasi ini sangat edukatif dan bermanfaat untuk media belajar anak.

“Ini kartun edukatif banget, anak-anak bisa banyak belajar mengenai adab & doa-doa harian,” ungkap pengguna Twitter dengan akun @cutnadiac.

“Maju terus film animasi Indonesia, sesuatu yang banyak memberi hal positif wajib didukung penuh, dan film Nussa wajib didukung penuh,” komentar @Niken_yuniku.

“Aku suka banget ngajak ponakan nonton Nussa, dari situ mereka banyak belajar adab, dan anak-anak cepat nangkapnya.” Akun @bukan_jodoh_mu turut memberikan komentar.

Trailer berdurasi dua menit itu menceritakan tentang tokoh Nussa yang mengikuti kompetisi sains dan membuat roket dari bahan-bahan sederhana. 

Akan tetapi, kedatangan seorang murid baru bernama Joni di sekolah Nussa yang punya alat-alat canggih untuk membuat roket dan lebih pintar dari Nussa membuatnya menjadi tersaingi.

Visinema Pictures dan The Little Giantz mengungkapkan bahwa jadwal penayangan film layar lebar Nussa masih belum bisa ditetapkan secara pasti karena masih menunggu perkembangan vaksinasi Covid-19.

Meski bermuatan positif, sayangnya ada beberapa pihak yang merasa keberatan dengan isi konten di dalam kartun Nussa. Salah satunya adalah aktivis media sosial, Denny Siregar.

Menurut Denny, film Nussa mempromosikan Islam yang  condong ke budaya Arab dan jauh dari gambaran umat Islam di Indonesia. Ia menuding film animasi anak itu didalangi oleh anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Felix Siauw.

Beberapa warganet menyatakan setuju akan pernyataan Denny tersebut dan menyebut film Nussa hanyalah untuk satu golongan tertentu saja.

“Lebih bagus film Sopo Jarwo atau Keluarga Somat, yang lebih nasionalis tanpa ada unsur SARA. Sedangkan kalau Nussa sepertinya untuk satu golongan tertentu saja… anak-anak jangan dikotak-kotakkan, biarlah anak-anak Indonesia tumbuh berkembang dengan Bhineka Tunggal Ika,” jawab @DradjatKuntjor1.

Angga Sasongko, produser eksekutif film Nussa, lantas menjawab tudingan yang diberikan Denny tersebut.

“Mas Denny, pada proses kreatif dan produksi tidak ada keterlibatan pemuka agama. Cerita dan skenario film ini digarap Skriptura, divisi IP Development Visinema Group. Produksi animasinya oleh The Little Giantz dan distribusi & promosinya oleh Visinema Pictures.” Angga menjelaskan.

Ia mengaku bingung dari mana anggapan bahwa Felix Siauw ada di balik film Nussa karena yang bersangkutan sama sekali tak terlibat dalam pembuatan film tersebut.

“Felix Siauw mungkin berteman dengan beberapa kawan yang ikut membuat Nussa, bukan berarti Felix Siauw mengintervensi pekerjaan kami,” lanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menyayangkan tudingan dari Denny Siregar tersebut. 

Menurutnya, dari trailer film Nussa tidak ada ucapan atau dialog yang mengarah kepada ajaran radikalisasi maupun anti keberagaman.

Retno menambahkan bahwa film layar lebar untuk anak ini justru patut untuk diapresiasi karena udah jarang banget. 

Mimin inget, Film Layar Lebar anak yang terakhir mimin tonton dan masih berkesan cuma Petualangan Sherina. Hiks.

Film Nussa mungkin memang menyasar kepada penganut agama Islam karena ceritanya tentang adab dan perilaku kehidupan sehari-hari yang baik berdasarkan ajaran agama tersebut, sehingga pakaian yang digunakan menyesuaikan pula.

Nah, ada beberapa golongan yang menganggap hal ini udah masuk SARA dan nggak sesuai sama adat budaya negara kita.

Perbedaan value ini adalah sesuatu yang biasa, sama dengan perbedaan budaya, agama, suku, dan juga ras yang ada di Indonesia. 

Yang terpenting adalah gimana kita menyikapi perbedaan tersebut. Sebagai orang dewasa, kita memang perlu memberikan contoh sikap dan menentukan pilihan tontonan untuk anak-anak di sekitar kita.

Kita perlu banget punya mindset bahwa perbedaan itu biasa, dalam hidup berkelompok sudah tentu akan ada sebuah perbedaan. 

Balik lagi ke film Nussa, ini adalah film yang bagus untuk anak karena sarat makna dan kontennya sesuai dengan usia anak. Sebaiknya kita fokus aja sama ajaran positif yang ada di dalamnya. Oke, gengs?



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"