Mengutip IDN, pada tahun 80-an banyak penduduk miskin mengalami penggusuran karena wilayah tempat mereka tinggal akan digunakan untuk pembangunan proyek untuk olimpiade.
Karena tak punya tempat tinggal, mereka akhirnya ke Guryong untuk melanjutkan hidup. Padahal di tempat tinggal sebelumnya, mereka disuruh pindah dengan diiming-imingi akan tinggal di apartemen. Namun sayangnya, itu hanya janji kosong.
Dihidupi Pemerintah
Hidup di daerah kumuh yang biaya hidup tinggi tentu sangat sulit bagi warga Guryong. Mengutip CNN, salah satu penduduk bahkan bisa hidup karena mendapat sokongan dari pemerintah yang hanya sebesar Rp2,4 juta per bulan.
Jadi, gak heran jika warga Guryong kemudian jadi sering memanfaatkan fasilitas umum yang bentuknya sudah memprihatinkan tersebut.
Desa yang Mirip Penampungan
Karena kondisinya yang jauh dari kesan layak. Desa guryong tampak lebih mirip seperti tempat penampungan.
Warga di sana pun berusaha semampu mereka untuk tetap menciptakan lingkungan yang sehidup mungkin. Mereka bahkan membangun gereja, taman kanak-kanak, dan bangunan umum lainnya.
Duh, sedih banget ya ges. Ternyata semaju apa pun negaranya, mereka tetap memiliki daerah kumuh.