Cerita Pierre Tendean yang Berwajah Bule, Menyusup ke Malaysia sebagai Turis, Tapi Kemudian Diburu Kapal Inggris

Cerita Pierre Tendean yang Berwajah Bule,  Menyusup ke Malaysia sebagai Turis, Tapi Kemudian Diburu Kapal Inggris

Kamu pasti tahu, salah satu pahlawan revolusi Pierre Tendean. Ia adalah salah satu tentara Indonesia yang gugur karena menjadi korban di peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Jika dilihat dari foto-fotonya, kamu pasti mengira bahwa ia memiliki darah campuran. Memang benar, perwira ini adalah blasteran prancis.

Di masa itu, wajah tampan sekaligus punya nuansa bule sangat mendukung profesinya sebagai 

intelijen. Terutama ketika ia dapat tugas untuk menyusup wilayah musuh.

Salah satu pengalaman menarik perwira menengah TNI, Andreas Pierre Tendean, adalah ketika ia harus bertugas ke Malaysia.

Potret Pierre Tendean (warnamediabali.pikiran-rakyat.com)

Bukan tugas sembarangan. Namun tugas penyusupan bawah tanah langsung dari Presiden Soekarno

Dalam buku berjudul "Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia" karya J.B Soedarmanta, dituliskan bahwa Pierre Tendean mendapat perintah langsung dari Presiden Soekarno yang kala itu sedang sangat marah dengan Malaysia.

Saat itu hubungan Indonesia dan Malaysia sedang tidak baik. Soekarno geram dengan perilaku masyarakat Malaysia yang menghina Indonesia.

Saat itu terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat Malaysia dalam rangka anti-Indonesia.

Masyarakat Malaysia menyerang Kedutaan Besar RI (KBRI). Kemudian merobek foto Presiden Soekarno, menuntut Perdana Menteri Malaysia, Tunku Abdul Rahman. Tidak hanya itu, mereka juga menginjak-injak garuda yang merupakan lambang negara Indonesia.

# Penugasan Pierre Tendean

Karena kejadian penghinaan yang dilakukan Malaysia, Soekarno langsung memerintahkan Letnan Dua Czi Andreas Pierre Tendean tahun 1963 di Medan, Sumatera Utara.

Surat perintah itu berisi bahwa Pierre Tendean harus mengikuti pendidikan intelijen di Bogor. 

Pierre Tendean yang belum setahun jadi perwira muda tetap menuruti perintah tersebut. Padahal, ia baru saja menjabat sebagai komandan peleton di batalyon Zani Kodam II Sumatera Utara.  

Setelah mengikuti pendidikan intelijen di Bogor, Pierre kemudian berangkat ke perbatasan.

Pierre tercatat berhasil masuk ke daerah lawan sebanyak tiga kali, dalam waktu 1 tahun. Wah jadi ingat drakor "Crash Landing on You" hehehe.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"