Cerita Calon Arang yang sangat populer, khususnya bagi masyarakat Bali dan Jawa. Kisah ini ada dalam naskah lontar 1540 M dan tahun saka 1462.
Sampai saat ini naskah itu masih tersimpan rapi di perpustakaan nasional. Sementara cerita calon arang di Bali hingga kini dipertahankan melalui tradisi lisan, yang dihidupkan dari mulut ke mulut. Dalam bahasa akademisnya disebut sebagai folk literature.
Cerita Calon Arang yang tertulis dan dipertahankan melalui lisan, secara terang-terangan mengutuk Calon Arang sebagai si janda bengis dan tukang teluh.
Konon, di sebuah desa bernama Girah, hiduplah seorang janda yang memiliki satu anak perempuan cantik, yaitu Ratna Manggali. Karena sosoknya yang cantik, Ratna Manggali banyak ditaksir oleh pemuda desa.
Namun, karena ia adalah anak dari Calon Arang maka tak ada yang berani datang untuk meminang. Hingga akhirnya, warga desa Girah melabeli Ratna Manggali dengan sebutan perempuan yang tak laku.
Hingga akhirnya Calon Arangpun murka, dan membuat gaduh warga Desa Girah. Tak main-main Calon Arang berani meneluh seluruh warga Girah.
Mengetahui kondisi tersebut, Raja Airlangga turun tangan dan memberi mandat pada Empu Baradah untuk menghabisi Calon Arang. Sang Empu tidak langsung menyerang Calon Arang, namun ia memakai trik dan meminang Ratna Manggali. Setelah berhasil menjadi mantu dari Calon Arang, Empu Baradah mengulik tentang Calon Arang pada Ratna Manggali. Hingga akhirnya Empu Baradah berhasil membunuh Calon Arang setelah ia sempat moksa dan menjelma menjadi Durga.
Versi kisah Calon Arang yang diceritakan kembali dalam garapan tari kreasi memang sangat berbeda,dengan kisah Calon Arang pada umumnya. Hal ini karena yang mengisahkan kembali memakai sudut pandang yang berbeda dan tidak misoginis.
Pasti kamu sudah hafal tentang cerita Calon Arang yang mainstream kan? Jadi, gimana menurutmu, apakah cerita Calon Arang memang begitu adanya, atau justru memang ia adalah simbol perlawanan kaum perempuan? Tulis komentarmu di bawah yaa....