Bikin Haru! Ini Dia Kisah Cinta Everlasting Seorang Putri Raja Bali Pemeluk Islam

Bikin Haru! Ini Dia Kisah Cinta Everlasting Seorang Putri Raja Bali Pemeluk Islam

Kalian percaya cinta sejati? Cinta yang yang membuat orang rela mati untuk orang yang dicintai. Atau cinta yang dibawa sampai mati oleh seseorang.

Enggak sedikit kisah cinta sejati yang kita dengar selama ini. Namun, kamu sudah pernah denger belum kisah cinta yang satu ini?

Kisah cinta sejati seorang putri raja di Bali.

Buat kalian warga Bali, mungkin tahu daerah pemakaman Puri Agung atau Kerajaan Pemecutan di Denpasar Barat, Bali. Pemakaman yang selalu ramai ketika bulan puasa ini ternyata menyimpan sebuah kisah cinta yang bisa bikin kamu termehek-mehek lho!

Makam Keramat Pemecutan (laduni.id)

Enggak percaya? Baca saja ceritanya di bawah ini.

# Alkisah, Hiduplah Putri Bernama Gusti Ayu Made Rai 

Gusti Ayu Made Rai adalah seorang putri cantik yang amat disayangi ayahnya, Raja Pemecutan Denpasar. 

Karena kecantikannya yang terkenal di seantero Bali, tak sedikit pangeran dari berbagai kerajaan datang untuk mempersuntingnya.

Sampai pada suatu ketika, sebuah musibah mendatangi sang putri. Gusti Ayu Made Rai tiba-tiba menderita sakit kuning. Dan setelah bertahun-tahun lamanya, penyakit itu masih belum bisa disembuhkan.

Karena penderitaan putri yang dikasihinya itu, Sang Raja memutuskan untuk bertapa dan meminta petunjuk Tuhan.

Dari pertapaan tersebut, sang raja mendapat jawaban dari Yang Maha Kuasa. Jawabannya adalah ia harus memerintahkan seluruh patih kerajaan untuk mengadakan sayembara.

# Sayembara untuk Menyembuhkan Penyakit Putri Raja

Tanpa menunggu lagi, Kerajaan Pemecutan mengumumkan bahwa Raja sedang mengadakan sayembara untuk menyembuhkan penyakit sang putri.

Siapa pun yang bisa menyembuhkan sang putri, jika dia perempuan, dia akan diangkat jadi anak raja. Jika di laki-laki, ia akan dinikahkan dengan putri raja.

Kabar diadakannya sayembara ini kemudian didengar hingga Yogyakarta. Seorang ulama yang memiliki ilmu tinggi kebatinan ini kemudian memanggil anak didik tersayangnya di Bangkalan, Madura. Ia bernama  Pangeran Cakarningrat.

Singkat cerita, Pangeran Cakraningrat IV berangkat ke Bali, bersama 40 orang prajuritnya. 

# Cinta Pada Pandangan Pertama

Setibanya di Kerajaan Pemecutan, Pangeran Cakraningrat IV langsung menemui sang raja dan memberitahukan maksud kedatangannya.

Ia dan Gusti Ayu Made Rai kemudian saling bertemu dan jatuh cinta. Di pertemuan itu, sang pangeran berhasil menyembuhkan penyakit putri dengan mantra-mantra yang dibacakannya.

# Menikah Secara Islam

Sesuai janji Sang Raja, Pangeran Cakraningrat IV dan putrinya kemudian dinikahkan. 

Setelah menikah, pasangan suami istri ini pamit ke Bangkalan, Madura untuk kemudian melakukan upacara pernikahan lagi secara islami.

Karena Pangeran Cakraningrat IV merupakan seorang Muslim, Gusti Ayu Made Rai pun mengikuti jejak sang suami dan menjadi mualaf. Namanya pun kemudian berubah menjadi Raden Ayu Siti Khotijah.

# Kematian Raden Ayu Siti Khotijah.

Karena rindu ayahnya, dan kampung halamannya, Raden Ayu Siti Khotijah meminta izin sang suami untuk mengunjungi Bali.

Sang suami mengizinkan dan memerintahkan pengawal dan dayang-dayang untuk menemani sang istri.

Saat tiba di Kerajan Pemecutan, Raden Ayu Siti Khotijah disambut hangat oleh seluruh kerajaan.

Kemudian, ketika magrib. Raden Ayu Siti Khotijah yang sudah beragama Islam kemudian  

menunaikan ibadah salat. Karena cara sembahyangnya yang aneh, seorang patih kerajaan Pemecutan curiga bahwa putri sedang mengeluarkan ilmu hitam.

Patih kerajaan tersebut melaporkan apa yang dilihatnya tersebut ke sang raja. Raja yang juga ayah Raden Ayu Siti Khotijah memerintahkan agar putrinya dibunuh.

Karena sudah memiliki firasat akan dibunuh, Raden Ayu Siti Khotijah meminta patih kerajaan untuk membunuhnya dengan cucuk konde ke arah dada sebelah kirinya. 

Setelah ditusuk, Raden Ayu Siti Khotijah mengeluarkan bau harum dan dimakamkan secara terhormat di tempat suci yang kemudian dikeramatkan. Bau harum yang muncul dari tubuhnya adalah bukti bahwa putri tidak punya niat atau berbuat jahat.

Sang raja pun menyesal atas keputusannya.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"