Pasti kalo belajar sejarah, kalian bakal denger istilah 'Perundingan Linggarjati'. Sebenernya apa sih Perundingan Linggarjati itu dan gimana awalnya?
Nah, biar makin pinter yuk sekarang kita belajar tentang berawalnya Perundingan Linggarjati dan sejarah singkatnya. Dengan membaca ini, kalian bisa makin paham. Makin pinter deh di kelas!
Pertama-tama kita perlu tau apa itu Perundingan Linggarjati. Ini merupakan perundingan antara pihak Indonesia dan Belanda pada 11-13 November 1946. Inggris menengahi perundingan ini.
Lalu, istilah Linggarjati sebenernya adalah nama desa yang letaknya di antara Cirebon dan Kuningan. Tepatnya, di kaki gunung Ciremai.
Dulu, tempat ini dianggap netral bagi kedua belah pihak. Makanya, diputuskan sebagai lokasi perundingan.
1. Latar belakang berawalnya Perundingan Linggarjati
Pada masa itu, AFNEI diboncengi NICA masuk ke Indonesia. Alasannya adalah karena Jepang ngasih 'status quo' di Indonesia.
Akhirnya, hal ini memicu konflik buat Indonesia dan Belanda. Salah satu konflik yang terjadi adalah di Surabaya dengan peristiwa 10 Novembernya.
Ada kecurigaan pemerintah dan rakyat Indonesia pada Belanda saat itu. Makanya, pihak Belanda dan Indonesia sepakat lakuin kontrak diplomasi, yaitu dengan Perundingan Linggarjati.
Waktu itu, rumah yang dijadikan untuk perindungan adalah rumah milik warga Belanda di Linggarjati. Pertemuan lalu dihadiri sama perwakilan dari Indonesia, Belanda, dan Inggris pada 10 November 1946.
2. Tokoh-tokoh dalam Perundingan Linggarjati
Dari pihak Inggris diwakili sama Lord Killearn. Kemudian, pihak Indonesia diwakili sama Sutan Syahrir (Ketua) Muhammad Roem, Dr.A.K Gani dan Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H. Sementara itu, dari pihak Belanda diwakili sama Prof. Schermerhorn (Ketua), Van Pool dan De Boer.
Nggak cuma mereka aja yang ada di ruangan. Ada beberapa saksi dan tamu yang hadir. Misalnya kayak Amir Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta.
Setelah itu, Perundingan Linggarjati meghasilkan perjanjian yang ditandatangani dalam upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta pada 25 Maret 1947.