Semenjak akhir Maret lalu, nama seorang komedian asal Ukraina, Volodymyr Zelensky menjadi sorotan dunia. Bukan semata karena kelakuan konyol dalam acara komedi, tetapi karena dirinya berpeluang besar menjadi seorang presiden.
Zelensky dikenal sebagai "presiden" dalam acara komedi politik bertajuk "Pelayan Rakyat" (Servant of the People). Awalnya, peluang aktor sekaligus komedian berusia 41 tahun ini dianggap kecil dalam pemilihan presiden.
Dalam jajak pendapat sebelumnya, seperti dikutip Kompas.com akhir Maret lalu, Zelensky bahkan hanya meraup 25 persen suara. Angka itu tergolong jauh dari rivalnya.
Akan tetapi, popularitasnya terus menanjak dan melampaui para politisi mapan lainnya karena kekecewaan rakyat terhadap korupsi dan standar hidup yang tidak meningkat.
Zelensky pun harus berhadapan dengan dua orang penting di negeri berpenduduk 45 juta jiwa itu. Mereka adalah petahana Petro Poroshenko dan mantan Perdana Menteri Ukraina Yulia Tymoshenko. Kedua orang penting itu juga sama-sama berebut suara pula demi memenangkan pemliu di Ukraina.
Baru-baru ini, Zelensky akhirnya mendapat ucapan selamat dari pendukungnya maupun para pemimpin dunia. Kenapa? Ya, Zelensky telah dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres Ukraina menurut exit poll.
Kembali mengutip Kompas.com, Zelensky kini meraup 73 persen. Dia mengungguli petahana Presiden Petro Poroshenko yang hanya mendapat 24 persen dalam pemilu yang berlangsung pada Minggu (21/4/2019) kemarin.
Kemenangan itu tentu amat bersejarah baginya karena Zelensky memang hanya dikenal sebagai "presiden" dalam dunia komedi. Dia kini menjadi orang nomor satu betulan di sana.
Dalam "Servant of the People", Zelensky berperan sebagai guru sekolah miskin. Sang guru kemudian menjadi presiden berkat kata-kata antikorupsi yang viral di Ukraina.
Zelensky pun merealisasikan aktingnya ke dunia nyata dengan maju sebagai salah satu kandidat presiden pada Malam Tahun Baru 2018. Zelensky juga cepat mendapat dukungan dari masyarakat, terutama yang kontra terhadap pemerintahan Poroshenko.
Fokus kampanye komedian ini adalah menekankan perbedaan dirinya dari capres lain tanpa menjabarkan janji atau kebijakan nyata. Jelas, pengalaman politiknya belum cukup memadai. Dia bahkan menghindari wawancara utama dan menahan diri untuk tidak berkomentar tentang kebijakan pemerintahan sekarang.
Meski begitu, dia memperoleh kemenangan dalam pemilu putaran pertama.
Dalam wawancara dengan saluran 1+1, Zelensky menjelaskan bahwa dirinya sengaja tak melayani tantangan Poroshenko. Menurutnya, pemerintahan saat ini hanya mementingkan citra ketimbang memberi solusi.
Acara "Servant of the People" yang dibintanginya memang serial fiksi. Dalam acara itu, Zelensky kerap membahas persimpangan antara korupsi dan politik. Nah, inilah yang menjadi cara bagi Zelensky untuk memimpin negaranya.
Beberapa analis politik Ukraina meyakini bahwa Zelensky punya gaya informal dalam memimpin. Janji-janji Zelensky untuk membenahi politik negara itu sejalan dengan pemilih yang jengah di bawah kepemimpinan Poroshenko.
Para pendukung Zelensky adalah orang-orang yang sudah frustasi dengan politisi dan praktik kroniisme. Karisma dan janji Zelensky seolah-olah memberi udara segar bagi Ukraina.
Di balik itu, para kritikusnya meragukan Zelensky bakal membenahi pengaruh oligarki. Sebab, Zelensky sendiri dekat dengan taipan Ihor Kolomoyskiy. Belum lagi, Poroshenko sebelumnya juga telah menunjukkan sikap kontranya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Moskow.
Yang pasti, Zelensky mungkin akan segera melangkah sebagai pemimpin Ukraina yang baru meski sebelumnya hanya berperan sebagai presiden.