"Kami memperhatikan bahwa tabanid yang mendekati zebra gagal melambat secara terkendali menuju akhir lintasan penerbangan mereka, sedangkan mereka terus melambat sebelum mendarat atau menyentuh tubuh kuda," tulis para peneliti dalam makalah penelitian mereka, sebagaimana dikutip Science Alert.
"Lalat sering membentukan diri ke tubuh zebra, tetapi gagal mendarat atau terbang menjauh," tambah mereka.
Yang menarik adalah, lalat masih mendarat di kepala kuda yang tida ditutupi mantel bergaris khas zebra tadi. Hal ini menunjukkan bahwa mantel itu besar pengaruhnya.
Saat lalat-lalat berhasil mendarat di tubuh zebra, mereka tidaklah lama berada di sana. Video yang merekam respons hewan terhadap lalat menunjukkan bahwa zebra mengibaskan ekornya dan mengusir lalat lebih aktif daripada kuda biasa.
Jadi, secara keseluruhan, penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS One ini membuktikan bahwa lalat tidak menggigit atau menghisap darah zebra sebanyak yang mereka lakukan kepaa kuda biasa. Nah, garis-garis itulah yang berperan besar dalam kasus ini.
Eh, tunggu-tunggu ... belom kelar! Studi itu ternyata belum menyoroti kamuflase lingkungan, interaksi sosial, serta termoregulasi. Sebab, masih ada kemungkinan bahw garis-garis itu bisa membingungkan pemangsa karena corak itu menghasilkan efek 'menyilaukan'.
Dengan corak itu, zebra berkamuflase. Maka, pemangsa bisa kesulitan untuk membedakan individu dan kawanan. Meski begitu, fokus penelitian itu memang bicara soal peningkatan perlindungan kuda zebra terhadap lalat yang hinggap dan menggigitnya.
Satu lagi, corak hitam putih pada tubuh zebra jadi bukan buat nyebrang jalan ya. Yaiyalahyaaa ....