Bulan September lalu, terjadi demo dari anak-anak usia sekolah. Anak sekolah turun ke jalan untuk menyuarakan protes kepada pemerintah. Ada satu kisah menarik yang dikutip dari Vivanews.com.
Kala itu, seorang bocah tertangkap razia polisi. Anak sekolah turun ke jalan untuk demo pada DPR. Sebut saja bocah itu AD. Ia tertangkap razia polisi dan diinterogasi oleh Kepala Kepolisian Resor Kota Depok, Ajun Komisaris Besar Polisi Azis Andriansyah.
Setelah ditanya, ternyata AD bukan anak SMA. Dia masih duduk di kelas 8 SMP. AD mengaku dia pinjam seragam SMA saudaranya demi bisa ikut anak sekolah turun ke jalan.
Dengan wajah memelas AD mengaku hanya ikut-ikutan lantaran diajak teman-teman. Ia sendiri gak tahu gengs demo ke DPR itu mau apa. Sebelum sampai di DPR, AD keburu ditangkap bersama ratusan anak sekolah turun ke jalan lainnya.
Meski sebagian mengaku tidak tahu, tapi anak sekolah turun ke jalan lainnya menyatakan ingin membantu para mahasiswa saat itu.
Beda dengan mahasiswa yang terorganisir. Kalau anak sekolah turun ke jalan, mereka lebih bebas dan berani. Macam orang yang loyal dan militan. Mungkin juga karena gak pake pikir panjang.
Banyak aksi-aksi berani yang mereka lakukan. Melempar balik gas air mata, bergembira disemprot water canon, dan melawan polisi. Semua mereka lakukan dengan berani. Asal ada kawan bisa nekat.
Banyak anak sekolah yang biasa tawuran juga. Bisa jadi anak sekolah turun ke jalan ini udah pengalaman. Dari kegiatan mereka tawuran.
Gak cuma di satu daerah aja. Gerakan anak sekolah turun ke jalan ini terjadi diberbagai daerah lewat pesan berantai. Sampai-sampai Dinas Pendidikan ikut angkat bicara. Memberikan instruksi pada sekolah untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar dan mendata siswa yang bolos.