Active Trading adalah strategi yang sangat sulit. Kurang dari lima persen dari mereka yang mencobanya memiliki ukuran keberhasilan yang masuk akal dalam hal itu, dan kurang dari 1% pedagang berhasil mendapatkan pengembalian yang luar biasa, tetapi mereka yang berhasil mencapai pengembalian tersebut dapat menghasilkan banyak uang.
Alat yang paling sering digunakan dalam active trading adalah beberapa bentuk analisis teknis. Alat penelitian ini berfokus pada perubahan harga saham, bukan pada pengukuran yang terkait dengan bisnis yang mendasarinya. Dengan demikian, trader dapat memperoleh keuntungan dari pergerakan jangka pendek dan memiliki kesempatan untuk menggunakan leverage dengan strategi mereka.
3. Investasi Nilai
Investor reksa dana dan ETF dapat menggunakan strategi atau gaya investasi fundamental dengan menggunakan reksa dana saham nilai. Sederhananya, investor nilai mencari saham yang dijual dengan harga "diskon"; mereka ingin mencari penawaran.
Daripada menghabiskan waktu untuk mencari nilai saham dan menganalisis laporan keuangan perusahaan, investor reksa dana dapat membeli dana indeks, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF), atau dana yang dikelola secara aktif yang menyimpan saham nilai. Akan tetapi, sekuritas ini masih memiliki risiko pasar dan likuiditas yang sama dengan nilai saham, sehingga uji tuntas tetap diperlukan.
4. Beli dan Tahan
Investor beli dan tahan percaya "waktu di pasar" adalah gaya investasi yang lebih bijaksana daripada "waktu pasar." Strategi tersebut diterapkan dengan cara membeli sekuritas investasi dan menahannya dalam jangka waktu yang lama karena investor yakin bahwa imbal hasil jangka panjang dapat masuk akal meskipun terdapat karakteristik volatilitas dalam periode jangka pendek.
Strategi ini berlawanan dengan waktu pasar absolut, yang biasanya membuat investor membeli dan menjual dalam periode yang lebih pendek dengan maksud membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi.