1. Opini jelek, udah tonton aja dulu
Setiap film pasti memiliki penggemar atau haters-nya masing-masing. Apa yang mereka ucapkan mengenai sebuah film bukanlah sebuah kebenaran. Itu cuma opini yang berlaku subyektif.
Jadi alih-alih kalian terpengaruh dengan opini orang di sekitar film yang ingin kalian tonton, tutup telinga saja dulu gengs. Semisal ada yang bilang kalau Bird Box itu jelek, ya anggap saja memang demikian, jika sudah menonton kalian akan tahu letak kejelekan dari film tersebut kan?
2. Baca esai sebelum dan sesudah menonton sebuah film
Bedakan Esai dengan opini. Esai meskipun subyektif, ia bisa dipertanggungjawabkan karena berangkat dari upaya kritisisme. Esai biasanya akan memberi sudut pandang tertentu, atau teori tertentu, terhadap sebuah film.
Manfaatkan peluang ini untuk melatih kecakapan berpikir kritis kalian. Baik di saat menonton atau sesudah menonton. Kalau perlu tulis esai tandingan dengan perspektif yang berbeda jika kalian punya. Banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk mempublikasikan esai tersebut dewasa ini.
3. Tonton film klasik sebanyak mungkin
Memperkaya pemahaman atas film-film klasik juga berpengaruh positif terhadap kemampuan kritis kalian membaca sebuah film. Ya minimal kalian bisa jadi snob dengan bilang "eh lu dah nonton film (masukan judul film tahun 80an) belum? Film ini tuh jadi karya seminal dari (masukan nama sutradara yang sepertinya pernah menang Oscar) lho."
Bagaimanapun juga, film pada masa sekarang adalah runtutan dan warisan karya di masa lalu. Selain kalian bisa memperhatikan gaya atau style yang kadang berulang, dengan menonton film klasik kalian bisa lebih mengapresiasi datangnya gaya baru dalam dunia sinematografi. Yang mungkin dilahirkan dari filmaker yang benar-benar seorang jenius sinefil.
4. Film baru: tonton, perhatikan, komentari
Kadang jika kalian merasa sudah memiliki standar tinggi atas kualitas dari sebuah film, keengganan untuk menonton film baru biasanya merasuk ke pikiran. Pasalnya kalian merasa sudah menemukan 'the highest form of entertainment' di benak kalian.
Berat memang, tapi sebisa mungkin hapus pemikiran ini. Karena bagaimanapun juga kalianlah yang mendaku sebagai penggila film. Jika memang harus, datanglah ke bioskop dalam keadaan kosong, bahkan tanpa sekalipun mendengar celotehan orang terkait film tersebut, niscaya kalian akan menemukan kembali keseruan menonton film baru.
5. Membuat petisi agar streaming service legal seperti Kanopy masuk ke Indonesia
Tulisan ini bukanlah tulisan bersponsor. Tapi diakui atau tidak, akses menonton film di Indonesia bisa dikatakan masih terbatas meskipun ruang menonton komersial lagi menjamur. Masih sulit menemukan film-film alternatif di luar film box office.
Kanopy merupakan aplikasi streaming film yang berbeda dari kebanyakan platform senada. Pertama, Kanopy harus terintegrasi dengan perpustakaan atau universitas setempat. Dengan ini, Kanopy menawarkan diri sebagai platform edukasi dan hiburan.
Mereka menawarkan jenis perpaduan yang unik antara film klasik dan film dokumenter yang sulit ditemukan di layanan lain, katakan seperti Netflix. Dan karena ia terintegrasi dengan sistem perpustakaan, menonton film di Kanopy sama sekali tidak dikenakan biaya, kecuali biaya yang dibebankan oleh membership perpustakaan di dekat tempat tinggal kalian.
So, untuk mendukung suksesnya resolusi 2019 sebagai seorang sinefil yang baru, mari bikin petisi bersama agar Kanopy bisa dinikmati di Indonesia. Kuy siapa yang mau mulai duluan?