Tidak ada upaya dari kelompok ini untuk mendorong penurunan CO2 lebih jauh. Seperti penggunaan energi terbarukan dan penggunaan listrik yang lebih efisien. Atau juga transportasi yang lebih efisien (termasuk transportasi umum dan budaya jalan kaki).
Begitu juga dengan lebih banyak daur ulang dan mengurangi gas metan dari tempat pembuangan sampah. Anggap saja sebagai kombinasi inisiatif kecil yang berjumlah banyak.
Terkait prestasi ini, mungkin kalian juga tak perlu bersorak terlalu keras. Pasalnya, penurunan ini umumnya berasal dari kota-kota progresif seperti di Amerika Utara, Eropa, Skandinavia, dan Australia.
Hal ini berarti masih banyak kota dengan output CO2 merajalela dan sering kali cocok dengan masalah polusi udara seperti kabut asap. Mereka juga perlu digarap untuk menurunkan emisi dunia.
Dan tentu saja, ini hanya mencakup masing-masing kota, bukan seluruh negara. Bahkan beberapa kota besar mungkin tidak sepenuhnya mengimbangi emisi di negara yang lebih besar. Namun, itu kemajuan dan itu menunjukkan bahwa target emisi puncak 2020 di Paris Agreement itu cukup realistis.