Misalnya, para antropolog yang menggunakan volume interior tengkorak lalu membandingkannya dengan ukuran tubuh untuk bisa mengira-ira kecerdasan manusia tersebut. Cara yang disebut quotients encephalization ini biasanya digunakan untuk meneliti fosil manusia purba.
Contohnya, psikolog industri dan organisasi Virginia Commonwealth University, Michael McDaniel yang mengklaim bahwa otak yang lebih besar membuat seseorang lebih pintar.
Klaim Michael tentu saja ditentang banyak peneliti.
Sampai saat ini, lebih banyak peneliti yang mengatakan bahwa ukuran otak tak terlalu berpengaruh pada kecerdasan manusia. Selain itu, kecerdasan manusia lebih bersifat genetik ketimbang ditentukan dari volume otak.
Pasalnya, Albert Einstein yang dikenal sebagai seorang jenius pun punya otak yang berukuran normal, tidak lebih besar dari rata-rata otak manusia.
Ada pula penelitian lain yang mengatakan bahwa jumlah kerutan atau lipatan otaklah yang bisa menunjukkan kepintaran manusia. Semakin banyak kerutan atau lipatan pada otak, semakin pintar manusia tersebut.
Nah, kamu percaya yang mana ges? wkwkwkw