Kita tidak selalu makan hanya untuk memuaskan rasa lapar fisik. Banyak dari kita juga beralih ke makanan untuk kenyamanan, menghilangkan stres, atau untuk menghargai diri sendiri.
Dan ketika kita melakukannya, kita cenderung mengonsumsi junk food, makanan manis, dan makanan lain yang menenangkan namun tidak sehat. Kamu mungkin membeli satu kotak es krim saat merasa sedih, memesan pizza jika kamu bosan atau kesepian, atau mampir ke drive-through setelah hari yang melelahkan di tempat kerja.
Makan emosional adalah menggunakan makanan untuk membuat diri kita merasa lebih baik—untuk memenuhi kebutuhan emosional, bukan untuk memenuhi kebutuhan perut. Sayangnya, makan secara emosional tidak menyelesaikan masalah emosional. Faktanya, hal itu biasanya membuatmu merasa lebih buruk. Setelah itu, tidak hanya masalah emosional awal yang tersisa, tetapi kamu juga merasa bersalah karena makan berlebihan.
Bagaimana cara menghentikannya?
Penyebab Umum Makan Emosional
Sebelum mencari cara untuk menghentikannya, kita perlu tahu dulu apa yang menyebabkan diri kita makan secara emosional. Berikut ini penyebab emotional eating:
1. Stress. Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana stres membuatmu lapar? Ketika stres bersifat kronis, seperti yang sering terjadi di dunia yang kacau dan serba cepat, tubuhmu memproduksi hormon stres, kortisol, dalam jumlah tinggi.
Kortisol memicu keinginan untuk makan makanan asin, manis, dan gorengan—makanan yang memberimu ledakan energi dan kesenangan. Semakin banyak stres yang tidak terkendali dalam hidup, semakin besar kemungkinanmu beralih ke makanan untuk meredakan emosi.