The Real Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Beginilah Jatuh Bangun Para Guru Honorer Ikut PPPK, Mulai dari Bikin Stres dan Lansia yang Tak Kunjung Diangkat PNS

The Real Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Beginilah Jatuh Bangun Para Guru Honorer Ikut PPPK, Mulai dari Bikin Stres dan Lansia yang Tak Kunjung Diangkat PNS
Seorang Guru Honorer Paruh Baya dengan Sepatu dan Seragam Lusuh Ikuti Seleksi PPPK Tahun 2021 (Boombastis)

Banyak Peserta Paruh Baya Ikut Seleksi

Meski adanya seleksi PPPK disambut antusias oleh banyak masyarakat, khususnya para guru, namun netizen juga mengkritik pelaksanaan seleksi tersebut. Pasalnya, begitu banyak guru honorer yang berusia lanjut juga turut mengikuti seleksi. Hal itu sungguh membuat banyak orang merasa iba. Sebab di usia tersebut berarti mereka sudah mengabdi selama puluhan tahun sebagai guru, namun nasibnya tak kunjung diangkat menjadi ASN. 

Banyak netizen yang kecewa, harusnya beliau yang sudah lama mengabdi langsung dijadikan PPPK, tanpa perlu tes-tes lagi. Karena pengabdian selama puluhan tahun dengan gaji yang sangat minim, cukup untuk mendapat penghargaan PPPK.

Kendala Para Peserta Paruh Baya

Proses selesksi PPPK memiliki begitu banyak kendala, terutama bagi peserta lanjut usia. Salah satu peserta PPPK yang sudah sepuh, bahkan  terpaksa meminta bantuan para guru honorer yang lebih muda untuk bisa mengakses komputer.

Para peserta berharap proses pendaftarkan tidak dipersulit, banyak yang mengaku mengharap sistem manual saja, karena sistem online tentu menyulitkan para peserta yang sudah tua. Jika seleksinya saja kesulitan, tentu kemungkinan besar banyak yang tidak terjaring dalam seleksi PPPK ini.

 

Seleksi PPPK Tahun 2021 (Boombastis)

Banyak Peserta yang Stres

Sebelumnya juga banyak peserta yang mengaku stres jelang PPPK 2021. Hal itu karena mereka belum bisa mendapat hasil yang maksimal dalam try out persiapan seleksi kompetensi tahap I. 

Menanggai hal tersebut, Koordinator Forum Honorer K2 DKI Jakarta Nur Baitih mengatakan jika ia juga sudah mencoba try out dan mempelajari modul dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Ia mengaku kesulitan juga menjawab soal-soal tersebut, padahal ia sudah akrab dengan komputer dan juga laptop. Apalagi para guru yang usianya di atas 50 tahun, yang belum akrab dengan teknologi. Tak heran jika begitu banyak guru honorer yang justru stres bahkan jatuh sakit karena terlalu banyak belajar.

Semoga Indonesia kelak bisa mencontoh beberapa negara maju yang memakmurkan para guru, seperti Singapura dan Jepang. Karena pada dasarnya, guru merupakan tombak kekuatan dari suatu negara. Tanpa adanya guru, akan jadi seperti apa generasi penerus bangsanya?



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"