Meskipun banyak intel yang tugasnya hanya melakukan spionase. Namun mereka tetap bukan intel biasa. Sebab sama seperti intel lainnya, mereka juga orang-orang pilihan yang juga sudah dilatih untuk bertarung, menembak, hingga melempar pisau agar punya rasa percaya diri.
"Namun, yang paling penting itu adalah proses berpikir dan mengintainya. Kalau sekadar bela diri, itu bukan satu-satunya yang diandalkan, tetapi mencari informasinya," jelasnya.
Eks Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Marsekal Madya (Marsdya) Kisenda Wiranata Kusumah juga menjelaskan hal serupa. Kisenda mengungkapkan bahwa praktik intelijen menyamar jadi tukang nasi goreng dahulu pernah dilakukan karena anggaran tidak besar.
Jenderal Bintang Tiga tersebut juga mengungkapkan bahwa penyamaran sebagai tukang nasi goreng dan sebagainya bertujuan untuk menghimpun informasi awal yang nantinya akan dimatangkan.
“Pernah ada (intelijen tukang bakso),” kata Kisenda. “Dari tukang bakso, dapat informasi awal. bukan informasi mateng,” tambahnya.
Selain karena anggaran, aksi penyamaran sebagai tukang bakso dilakukan karena faktor teknologi belum semaju sekarang. Karenanya, disebutkan oleh Kisenda, intelijen kala itu kerap terlihat peralatannya karena memang berukuran besar-besar.