Tepat Waktu Saat Janjian adalah Salah Satu Cara Menghargai Orang Lain Lho...

Pernah nggak kamu janjian bertemu orang dan terlambat datang? Atau mungkin kamu termasuk orang yang selalu on time saat janjian? Pilihan satu di antara keduanya akan menunjukkan seberapa besar cara menghargai orang lain yang kamu lakukan.

Nggak bisa dipungkiri, banyak dari kita yang mungkin masih terbiasa untuk terlambat datang dalam pertemuan. Masyarakat Indonesia menyebut "ngaret". Untuk memaknainya mudah saja kan, seperti karet, yang terus mulur jika ditarik.

Ketepatan dalam waktu adalah salah satu cara menghargai orang lain. Dan jika kamu ingin dihargai orang lain, alangkah baiknya jika kamu juga mulai menghargai mereka.

Persoalan menghargai waktu sudah sejak lama dirumuskan oleh manusia. Banyak pepatah yang muncul darinya. Harapannya sih agar manusia lebih bisa untuk menghargai waktu.

Biar kamu lebih yakin untuk mengubah kebiasaan, simak yuk uraian di bawah. Berikut adalah 3 pepatah lama yang berkaitan dengan waktu. Semoga kamu bisa lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik ya, gengs. Cekidot bray!

"Lebih baik datang 3 jam lebih awal daripada terlambat satu menit" - William Shakespeare

Di atas adalah pepatah lama dari dramawan kesohor asal Britania, William Shakespeare. Bisa kita lihat kan keseriusannya dalam memperhitungkan waktu.

Namun, jika kita melihat pola lingkungan saat mengatur janjian, yang terjadi tampaknya malah sebaliknya, ya. Bukannya datang 3 jam lebih awal, bisa-bisa malah terlambat 3 jam lebih. Jangan begitu lagi gengs kalo kalian mau menghargai dan dihargai orang.

Syedih nggak sih kalo kalian ada di posisi sebagai yang menunggu. Padahal, cara menghargai orang lain yang sederhana dan bisa kita lakukan adalah lewat penghargaan terhadap waktu.

"Seseorang yang membuang waktu 1 jam dari hidup yang dimilikinya, bukanlah orang yang menghargai hidup" - Charles Darwin

Peneliti biologi dan pencetus Teori Evolusi, Charles Darwin, paham banget deh apa hakikat dari keberadaan waktu bagi manusia. Dan pemahamannya tersebut pun berujung pada sebuah teori yang masih banyak digunakan hingga saat ini.