Metode pembuktiannya benar-benar diterapkan secara media, yaitu dengan membuat pasien 'meninggal dunia' selama 20 menit. Setelah itu, pasien akan kembali 'dihidupkan'.
Penelitian ini emang kontroversial gengs. Penelitiannya pun berlangsung selama empat tahun dan telah diikuti sekitar 944 sukarelawan.
Proses mematikan dan menghidupkan para pasien itu menggunkan sejumlah obat-obatan yang diolah. Di antaranya adalah epinefrin dan dimethyltryptamine. Kedua obat-obatan itu bisa membuat tubuh manusia bertahan dalam kondisi mati dan tidak membahayakan ketika seseorang akan 'dihidupkan' lagi.
Ackermann dan timnya juga menggunakan sebuah alat canggih bernama AutoPulse. Alat itu berhasil menghidupkan orang yang telah mati sekitar 40 menit hingga satu jam sebelumnya.
Hal yang menarik dari eksperimen kontroversial ini adalah memori setiap pasien yang dimatikan dan dihidupkan kembali. Memori pasien yang mengikuti eksperimen ini hampir mirip satu sama lain saat mereka berada dalam kondisi koma.
Para pasien mengalami sensasi terpisah dari tubuhnya. Mereka merasa melayang, sangat tenang, nyaman, dan penuh kehangatan. Para pasien juga mengaku menyaksikan cahaya yang luar biasa terang dan rasanya terputus dari dunia nyata.
Hasil eksperimen yang dipimpin Ackermann ini juga berhasil mengejutkan banyak pihak. Termasuk orang-orang yang selama ini berpegang teguh pada konsep kematian dari agama-agama yang dianut.