Namun, di sisi lain, H&M mengatakan kalau mereka tidak mewakili posisi politik apa pun dan tetap berkomitmen untuk berinvestasi jangka panjang di Tiongkok. Apalagi negara China sendiri merupakan salah satu pasar terbesar keempat H&M dengan penjualan yang mencapai hingga 2,9 miliar krona Swedia dalam 12 bulan hingga 20 November 2020.
"Menyebarkan rumor untuk memboikot kapas Xinjiang, sementara tetap ingin menghasilkan uang di China? Jangan mimpi!" ungkap salah satu pemuda dari Liga Pemuda Komunis yang berkuasa di China, mengatakan ke sebuah unggahan di Weibo.
Namun, kritik keras pun datang dari berbagai negara seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada yang baru saja mengumumkan sanksi terhadap pejabat China dalam pertikaian yang semakin memanas atas perlakuan mereka kepada minoritas muslim di Uighur.
Berbagai pembela hak asasi manusia juga mengatakan setidaknya ada satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim yang dipenjara dalam kamp-kamp di Xinjiang. Bahkan, banyak pihak berwenang yang dituduh karena telah mensterilkan wanita secara paksa dan melakukan kerja paksa.
Namun tetap saja, China membantah tuduhan tersebut dan mengatakan kalau mereka sedang menjalankan program pelatihan, sekaligus skema kerja yang membantu memberantas ekstremisme.