"Ini adalah kado Tahun Baru dari Majelis Legislatif Nasional kepada pemerintah dan rakyat Thailand," ujar Somchai Sawangkarn, ketua penyusun undang-undang dalam pidato yang disiarkan di televisi nasional Thailand, sebagaimana dilansir Reuters via Merdeka.com.
Jika di beberapa negara Eropa dan benua Amerika telah melegalkan ganja, bahkan sepenuhnya, sebagian besar negara di Asia Tenggara tetaplah ilegal.
Penyelundupan ganja adalah fokus utama pemerintah sekurang-kurangnya di tiga negara, seperti Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Bahkan penyelundupnya bisa dikenakan hukuman
Demikian, keputusan Thailand untuk melegalkan ganja tergolong kontroversial. Sementara di dalam negeri, Thailand juga masih harus berhadapan dengan permintaan perusahaan asing untuk mendominasi pasar tersebut.
Keadaan itu akan mempersulit pasien di Thailand mendapat ganja sebagai obat atau untuk penelitian sekalipun. Namun, Panthep Puapongpan, dekan di Institut Integratif Medis dan Anti-Penuaan Dini akan meminta pemerintah untuk menolak semua permintaan itu sebelum undang-undangnya berlaku.
Penolakan itu juga akan didukung oleh sejumlah advokat di Thailand demi bisa melegalkan ganja. Terlebih untuk kegiatan rekreasional.
Di lain pihak, dukungan legalisasi ganja memang mengalir, untuk keperluan medis terutama. Sebaliknya, ada pula riset yang justru membantah hasil-hasil riset yang pernah dilakukan.
Jika ganja disebut-sebut bisa menyembuhkan glaukoma, American Academy of Ophtalmology (AAO) menjelaskan bahwa efek dari ganja hanyalas sementara. Berkisar antara 3-4 jam saja. Untuk mendapatkan efeknya, penderita perlu merokok ganja sebanyak enam sampai delapan kali.
Akan tetapi, merokok ganja sebanyak itu akan mengacaukan mood pengonsumsinya. Orang itu juga tidak layak untuk menyetir bahkan kemampuan mentalnya juga tak akan berfungsi dengan baik.
Ganja juga disebut akan membuat tekanan darah jadi rendah.
Selain itu, sebuah studi dalam jurnal The Lancet Public Health tahun 2018 ini juga menunjukkan bahwa ganja tidaklah berfungsi untuk menurunkan rasa sakit.
Studi itu dilakukan pada 1.500-an peserta dari Australia. Hasilnya ... tidak ada bukti yang emreka temukan kalau ganja bisa mengurangi rasa sakit.