Pria kelahiran Argentina itu mengatakan masalah tersebut masih terjadi, tapi utamanya di "jemaat tertentu, khususnya yang baru-baru dan lebih banyak di wilayah tertentu ketimbang wilayah lainnya".
Bulan lalu, organisasi kesusteran dunia yang bernaung di bawah Gereja Katolik mengecam "budaya bungkam dan kerahasiaan" yang mencegah mereka berbicara lantang.
Kemudian, beberapa hari lalu, majalah perempuan Vatikan, Women Church World, mengecam pelecehan itu yang dalam sejumlah kasus membuat biarawati-biarawati terpaksa mengaborsi janin hasil hubungan dengan pastor. Padahal tindakan aborsi dilarang Gereja Katolik.
Majalah itu juga menyebut bahwa gerakan #MeToo memungkinkan lebih banyak perempuan bersuara menceritakan kisah mereka.