Dengan aturan tersebut, semua angkutan batubara pun keluar dalam waktu bersamaan sehingga menyebabkan kemacetan.
Titik kemacetan di perbatasan Kabupaten Sarolangun-Batanghari lalu mulai dari Karmeo-Simpang Tembesi, titik terparah selanjutnya Simpang Tembesi-Sridadi.
Tak heran jika kemudian para sopir batubara sering menjadi sasaran kemarahan para sopir yang lain.
"Kalau sudah macet lebih dari 12 jam, apalagi sudah lebih sehari semalam, kami sopir batu bara ini kadang yang disalah-salahkan masyarakat, disebut biang kemacetan," kata Rendi.
Waduh, pemerintah daerah Jambi ini gimana sih kok gak ada solusi?