Memilukan, Begini Nasib Eks Ajudan Soekarno yang Menjadi Pedagang Kopi

Memilukan, Begini Nasib Eks Ajudan Soekarno yang Menjadi Pedagang Kopi
Warsito, eks ajudan Presiden Soekarno yang kini menjadi pedagang kopi keliling (instagram.com)

Tak lama, ia pun diangkat menjadi pengawal pribadi Soekarno dan berpangkat sebagai polisi. Ia melakukan banyak pekerjaan termasuk keperluan administrasi kantor hingga montir mobil.

“Waktu itu tahun 1954 sampai 1967 kemarin saya bekerja di istana lalu diangkat menjadi polisi ya. Saya bekerja dengan mengawal pribadi Pak Karno. Kalau kemana mana mengawal saya bagian penutup belakang ketika ada mobil nyerobot saya halangi,” terangnya.

Warsito, eks ajudan Presiden Soekarno yang kini menjadi pedagang kopi keliling (instagram.com)

Saat itu, ia juga melakukan beberapa pekerjaan sampingan demi bisa membiayai hidup. Ia pernah menjadi tukang parkir di lapangan Ikada yang kini menjadi Monas. Baginya, menjadi pengawal presiden tidaklah bergaji besar. Warsito mengaku dirinya hanya digaji 300 perak atau bila dikonversikan dengan masa sekarang setara dengan 300 ribu Rupiah.

“Dulu saya itu pakai seragam kalau sekarang Brimob lah. Dulu juga saya sambil jaga parkir di Lapangan Ikada karena gaji saya itu kecil Rp350 perak,” tuturnya sembari mengingat masa tersebut.

Hingga akhirnya, Warsito yang hendak pensiun mencoba untuk menunjukkan sisa bukti surat kelahiran sang anak bernama Guntur. Dalam surat itu terdapat biodata sekaligus pangkat yang pernah dimilikinya. Tertulis bahwa ia pernah berpangkat sebagai Inspektur Satu Satgas Pomad.

Sampai saat ini, Warsito mengaku masih mengurus masa pensiunnya karena surat bukti pengabdiannya hanyut terbawa banjir beberapa waktu lalu.

“Apa sekarang sudah tidak bisa diurus lagi pak masa pensiunnya?” ujar pemilik video, yang kemudian dijawab oleh Warsito “Sudah tidak bisa, surat-suratnya sudah hanyut terbawa banjir di Pademangan tempat tinggal saya,” katanya.

Dalam video tersebut, Warsito juga bercerita jika dirinya tak mau membebani orang lain dalam kehidupannya, termasuk kepada sang anak. Ia memilih untuk mengandalkan sepeda tuanya demi mengais rezeki agar bisa hidup.

“Anak anak saya yang tinggal di Bekasi tidak mau (ke rumahnya), dari Bogor juga tidak mau. Ya tidak ada yang ngasih. Tapi saya lebih memilih mencari sendiri lewat sini,” tuturnya.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"