Waktu di lautan, Aldi menghabiskan waktunya untuk membaca Alkitab. Hal ini membantu dia memperoleh kekuatan rohani dan semangat bertahan hidup. Dengan begini ia kuat untuk hanya minum tiga teguk sehari.
Ketika stok air habis, dia terpaksa minum air dari pakaian yang dicelupkan di air laut. Sumber air lain adalah pancuran bambu untuk menampung air saat hujan. Ia mengaku mendengar suara yang memerintahkannya membuat pancuran. Dan malam harinya hujan.
Di rakit tersebut, kehidupan Aldi tampaknya sudah terjadwal. Pagi dia menangkap ikan, siangnya tiduran di rakit dan baca Alkitab. Sorenya dia memasak dan untuk menghemat energi dia mematikan lampu saat malam atau saat tak ada kapal yang melintas. Ia berharap dengan menyalakan lampu, kapal yang kebetulan lewat bisa melihat rakit dan menyelamatkannya.
Kejadian mendebarkan juga sempat Aldi alami selama hanyut di lautan. Pada minggu ketiga, Aldi melihat sekawanan ikan hiu mendekat ke rakitnya. Sirip ikan tersebut tampak di sekeliling rakit selama seharian. "Saya hanya bisa berdoa dan ikan hiu itu pergi," katanya dikutip dari TribunManado.co.id. Dia juga pernah bertemu ikan raksasa yang hanya tampak sisi kanannya. Aldi mengaku, tak tahu jenis ikan tersebut.
Aldi dilaporkan terombang-ambing di laut selama 1 bulan 18 hari. Dia terbawa arus hingga ke perairan Guam saat berada di perairan yang berjarak 125 km dari pesisir utara Manado. Hingga akhirnya diselamatkan oleh kapal berbendera Panama, M.V. Arpeggio, Jumat 31 Agustus 2018.
Usai kapal tersebut bersandar, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka menjemput Aldi di Tokuyama, Yamaguchi, Jepang, Kamis 6 Spetember 2018. Sungguh beruntung, Aldi dalam kondisi baik. KJRI Osaka kemudian mengawal Aldi hingga mendapat izin pulang ke Indonesia dari otoritas imigrasi Jepang. Aldi kini telah berkumpul bersama keluarganya. Setelah KJRI Osaka mendampinginya ke Manado menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia melalui Tokyo.