Kisah Hidup Abah Sarji, Kakek Berusia 102 Tahun yang Tinggal di TPU dan Selalu Lihat Arwah Berupa Asap dari Kuburan yang Belum 7 Hari

Kisah Hidup Abah Sarji, Kakek Berusia 102 Tahun yang Tinggal di TPU dan Selalu Lihat Arwah Berupa Asap dari Kuburan yang Belum 7 Hari
Abah Sarji, Berusia 102 Tahun Tinggal di Saung Kawasan TPU Desa Setempat (Tribunnews.com)

Mengenai kebutuhan makan minum dan keperluan lainnya, Abah Sarji mengaku bahwa setiap hari ada yang mengirim makanan.

"Kiriman itu datang dari anak atau cucu. Biasanya bawa makanan dan rokok kaya gitu," ujar Abah Sarji.

Sementara itu, salah seorang warga setempat bernama Dedi mengatakan kondisi Abah Sarji yang hidup di Kawasan TPU sudah sekitar 5 tahunan.

"Sudah lima tahun Abah Sarji tinggal di saung. Padahal anak,cucu dan istrinya masih ada. Nah, untuk istrinya memang sudah ripuh dan tidak bisa jalan apalagi mendengar, karena sudah tua juga," ungkap Dedi.

Karena kondisi saung yang sangat gelap pada malam hari, maka kata Dedi, rencananya warga akan melakukan pemindahan dari tempat semula.

"Kalau masalah pemindahan saung emang mau. Tempat tidak jauh dari situ dan Abah Sarji juga mau, tapi belum ada bahan-bahannya," kata Dedi. 

Terkait hal tersebut, Irfan Fauzi selaku Kepala Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat mengaku tak pernah lalai dalam memperhatikan dan melayani masyarakatnya terutama dalam memberi perhatian kepada Abah Sarji yang kini tinggal di saung kawasan TPU desa setempat.

"Kalau bentuk perhatian kami di desa, untuk Abah Sarji selalu diprioritaskan. Terutama ada program sosial dan bantuan lain menyangkut kehidupan masyarakat desa," ungkap Irfan dilansir dari Tribuncirebon.com, Kamis(29/4/2021).

Adapun saung yang menjadi tempat tinggal Abah Sarji, orang nomor satu di desa ini menyebut bahwa Abah Sarji memiliki keluarga dan rumah tinggal seperti pada warga pada umumnya.

"Iya kemarin kita juga kedatangan warga luar dengan label lembaga tertentu dan siap berikan fasilitas tempat tinggal layak," katanya.

Namun masalahnya, lanjut Irfan, lahan tempat tinggal Abah Sarji di kawasn TPU itu merupakan tanah wakaf. Karenanya, bantuan untuk membuat tempat tinggal yang layak itu belum bisa diizinkan.

"Alasannya lahan calon tempat tinggal Abah Sarji itu tanah wakaf," katanya.

Lebih lanjut, sebenarnya warga sekitar mengetahui sosok Abah Sarji beserta kondisi kehidupannya selama ini tapi warga belum tahu soal tujuan Abah Sarji yang tinggal di kawasan TPU itu sebagai upaya penebusan dosa.

"Iya, sosok Abah Sarji memang dikenal warga kami. Tapi pengakuan Abah Sarji yang tinggal disini dan mengaku sebagai penebusan dosa baru tahu dari pemberitaan di media. Karena, setiap waktu tertentu ketika ke makam hanya sapa salam saja. Tidak sempat ngobrol panjang lebar seperti begitu," ujarnya.

Irfan juga mengatakan bahwa TPU yang menjadi kawasan tempat tinggal Abah Sarji itu dikenal dengan sebutan Makam Panembahan atau Mbah Dako, Makam Syeh Muhibat, Makam Syeh Pakih Tolab, Makam Syeh Abdul Karim dan Makam Panjang KH Hasan Maolani atau yang terkenal dengan sebutan Eyang Maolani alias Eyang Manado.

"Nama-nama tadi merupakan warga terdahulu yang terkenal sebagai tokoh penyebar kebaikan dalam ajaran Islam. Kemudian untuk makam panjang Eyang Hasan Maolani memang di kita tidak ada kuburannya, tapi ada makam rambutnya saja. Karena, makam Eyang Hasan Maolani itu ada di Manado," ujarnya. 



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"