"Jadi, saya mendapatkan nomor teleponnya Nurdin sebagai komandannya GAM di Aceh itu enggah mudah. Lewat (Juha) Joshua namanya, orang dari Finlandia, saya dapat nomor itu. Saya dikenalkan pertama, terus saya berkomunikasi. Hanya satu urusan kita yaitu amnseti," ujar Bang Yos.
Setelah berkontak, Din Minimi pun setuju untuk bertemu Sutiyoso pada 28 Desember 2015 lalu. Namun, Din Minimi menegaskan bahwa dia hanya mau bertemu dengan Bang Yos seorang, dan hanya di markasnya saja.
Meskipun bisa mengutus anak buahnya, Bang Yos memilih untuk melakukan misi penting itu sendirian. Pasalnya, Din Minimi tidak ingin berundung dengan orang selain Sutiyoso.
"Akhirnya pas tanggal 26 Desember 2015 komunikasi, saya ingin ketemu langsung dengan dia, dia menyanggupi. 'Kita ketemu tanggal 28 Pak, tapi tempatnya di tempat saya Pak'. Oleh karena itu pada saat saya mendarat di Lhoksumawe, saya langsung ketemu dua pejabat Polda dan menjelaskan pengejaran saya membawa misi khusus," cerita Bang Yos.
"(Kalau enggak bertemu saya) dia enggak akan mau. Dan yang kedua dalam hitungan saya haqul yaqin enggak apa-apa. Yang paling penting pada saat ketemu kelompok itu adalah menunjukkan muka yang bersahabat, itu yang paling penting," lanjutnya.
Dengan modal nyali besar, Sutiyoso pun berani mendatangi markas Din Minimi dan kelompoknya. Bang Yos sendiri tahu betul risiko yang harus dihadapi ketika masuk ke sarang teroris itu.
Akan tetapi, pria 76 tahun yang pernah menjadi prajurit dan abdi negara itu tetap berani menjalankan misinya.
Keyakinan Bang Yos untuk berunding akhirnya membuahkan hasil. Din Minimi dan kelompoknya pun mau menyerahkan diri.
Din Minimi pun pulang ke rumahnya di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh didampingi Bang Yos. Sejalan dengan itu, Din Minimi pun mau melucuti senjata setelah bernegosiasi.