Lucunya, mereka sering mengalami salah panggil. Saat ingin menyapa si A, eh yang nyaut malah kembarannya. Hal ini pun juga terjadi di pasangan kembar. Seperti yang dialami Kris Joko Raharjo.
Saat bekerja di tokok roti, ia sering disangka kakaknya yang bekerja di SPBU. makanya, ketika ada supir yang mampir ke tokonya, ia sering bertanya kenapa ada di sana, bukannya di pom bensin. Saking nggak mau ribet, ujung-ujungnya Kris Joko cuma menjawab sedang masuk siang.
Tentu, dengan adanya fenomenan ini, banyak orang yang jadi bertanya-tanya. Tapi tetap tak ada yang tau jawaban konkretnya sehingga petinggi desa hanya menjawab bahwa faktor ini terjadi karena turun temurun dari sang nenek moyang.
Namun sebenarnya, fenomena anak kembar ini sudah ramai sejak tahun 2000-an. Dan sekarang, jumlahnya pun semakin bertambah. Jadi, tidaklah heran kalo hal ini menjadi keunikan dari desa Jonggrangan.