Penelitian yang dilakukan Anthony dan timnya dilakukan dengan menganalisis data dari National Center for Education Statistics (NCES). Mereka melacak nilai siswa taman kanak-kanak sampai dewasa, menilai kecerdasan lewat kinerja di tes matematikan standar.
Mereka kemudian mengategorikan siswa berdasarkan status sosial ekonomi, mempertimbangkan pendapatan rumah tangga, pendidikan orang tua, dan prestise pekerjaan orang tua.
Dari cara itu, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa siswa TK kurang mampu yang memiliki nilai bagus, justru kecil kemungkinannya untuk bisa lulus SMA, perguruan tinggi, dan mendapat upah lebih besar dari teman-temannya yang mendapat nilai di bawah rata-rata.
Siswa pintar dari 25 % peringkat teratas, tapi keluarganya miskin, cuma 31% peluangnya ke perguruan tinggi dan dapat gaji 35 ribu dolar (Rp516 juta) di usia 25 tahun dan 45 ribu dolar (Rp663 juta) saat 35 tahun per tahun (UMR: 15 ribu usd atau Rp221 juta).