Hebat banget ya ... Salut sama bapak satu ini!
"Sudah 23 tahun saya jaga dua aset negara ini, menara suar dan tapal batas, tanpa digaji baik dari pemerintah desa maupun pihak mana saja. Saya lakukan ini dengan suka rela," ujar Eli, Rabu (8/5/2019), seperti dikutip dari Antara.
Dari Desa Eliasa, apalagi dari menara, bisa dilihat siluet Kota Darwin (Australia) jika air surut. Kepala Dusun Eliasa yang memberikan tanggung jawab kepada Eli untuk menjaga menara setinggi 35 meter tersebut.
Menara suar itu dulunya dibangun oleh Kementerian Perhubungan RI pada tahun 1996 dan baru rampung pada 1997. Tapi selama ini pagar menara tersebut digembok. Baru pada 17 Agustus 2003 diresmikan oleh Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura Mayjen TNI, Agustadi Sasongko Purnomo.
Informasi berbeda dikatakan oleh mantan Kepala Desa Eliasa, Rudi Amarduan yang mengaku bahwa kunci menara suar itu baru di kasih secara resmi pada Eli Amarduan saat ia menjabat sebagai Kades.
"Waktu tahun 1998 itu desa Eliasa masih berstatus dusun. Sebelumnya pagar menara di gembok mati. Lalu kunci di kasih ke Pak Eli itu pada 2014 setelah rehab berat," terangnya.
Beberapa waktu ini pengurus Desa Eliasa berupaya meminta kunci menara suar tersebut dari Eli. Menara rencananya akan dibuka buat umum dan hasil tiket masuknya bisa digunakan untuk membayar jasa Eli.
"Insyaallah jika memang terjawab seperti itu. Tapi kalau dari pemerintah baik dari Kabupaten sampai ke pusat tidak perhatikan juga. Biarlah saya bertahan apa adanya. Sebab menara ini dibangun diatas petuanan dan didalam dusun saya," tutur Eli.
Eli berharap peran pemerintah untuk memperhatikan menara suar ini.
"Saya harus mengambil inisiatif, jangan sampai segelintir orang yang merencanakan kejahatan terhadap kedua aset ini, maka pasti saya yang dituduh. Saya merasa punya tanggung jawab sejak 1998 sampai hari ini. Karena kepercayaan yang diberikan dari Kepala Dusun untuk saya," sambung dia.