Jadi bisnis yang menguntungkan bagi masyarakat Papua
Dalam sebuah video yang dimuat dalam channel YouTube Teknologi Populer, salah seorang masyarakat Papua yang berprofesi sebagai sopir angkot mewah ini membagikan cerita dalam menggeluti jasa transportasi yang dijalankan.
Pria bernama Mardi ini mengatakan bahwa mulanya ia membeli mobil Toyota Fortuner keluaran 2018 dengan harga Rp500 juta, pembelian pun dilakukan dengan mencicil sebesar Rp15 juta per bulan selama 3 tahun.
Walau terdengar mahal, namun cicilan tersebut nyatanya tetap bisa terpenuhi mengingat hasil tarikan harian yang didapat bisa mencapai Rp1 juta sampai Rp3 juta setiap harinya.
Namun di balik itu semua, ada modal besar yang harus dikeluarkan bagi mereka yang ingin menggeluti bisnis transportasi satu ini. Masih dijelaskan dalam video yang sama, bahwa mobil-mobil mewah yang sudah pasti dibeli di perkotaan harus diangkut menggunakan transportasi udara untuk lebih dulu bisa sampai ke pedalaman.
Dijelaskan kalau biaya sewa untuk bisa mengangkut mobil-mobil yang dibeli ke pedalaman saja bisa mencapai Rp500 juta. Tidak cukup sampai di situ, mobil yang dibeli tidak semata-mata langsung bisa digunakan untuk mengangkut penumpang di medan yang terjal, melainkan harus dimodifikasi terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan kondisi jalan.
Mobil-mobil layaknya Fortuner dan Pajero yang dipilih biasanya dilengkapi lagi dengan perangkat khusus demi menunjang performa, salah satunya mengganti roda mobil dengan roda cakar bergerigi agar mampu melewati medan yang keras berupa jalanan terjal, berbatu, dan juga berlumpur.
Mardi juga tidak menampik, kalau pekerjaan sebagai sopir angkot mewah tersebut mendatangkan penghasilan dan untung yang terbilang lumayan, tapi di balik itu juga ada risiko besar yang acap kali mengintai bagi mereka yang menggeluti pekerjaan ini, salah satunya keberadaan rampok.
Dijelaskan kalau para sopir angkot mewah ini sejatinya harus memiliki mental kuat karena sudah pasti akan sering menjumpai berbagai ancaman.
"Saya pernah dirampok dengan pistol di kepala dan parang di leher, tapi itu anggap saja bala (musibah) kalau tidak kuat tidak bisa," ungkap Mardi, dikutip pada Selasa, (15/6/2021).
Wow, ternyata di Papua nggak harus jadi sultan ya kalau mau naik dua mobil tipe ini. Hihihi